Kabar Baik Vol. 72/2017 – Who Am I to judge?

13 Mar 2017 | Kabar Baik

Kabar Baik Hari Ini, 13 Maret 2017

Lukas 6:36 – 38
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

“Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.

Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”

Renungan

Ada kalangan yang mungkin memiliki pengertian dalam diri yang berbeda tentang apa itu menghakimi.

Mereka adalah yang memandang bahwa kalau kita tidak menghakimi seseorang, maka kita otomatis setuju dengan apapun yang diperbuat oleh seseorang tersebut. Bagi mereka, kalau tak setuju dengan konsep yang dianut seseorang karena kita anggap bertentangan dengan nilai-nilai Tuhan, kita harus menghakiminya. Tak ada jalan dan cara lain, pokoknya harus!

Aku punya beberapa kawan yang menganut konsep LGBT (Lesbian, Gay, Biseks dan Transgender) dan kami berkawan akrab tanpa sekat. Tapi keakraban itu tak serta-merta berarti bahwa aku menyetujui konsep LGBT. Aku punya prinsip dan pandangan pribadi sendiri terlepas apakah aku menghakimi atau tak menghakimi pribadi mereka.

Beberapa waktu lalu salah satu kawan jauhku memutuskan untuk menggugurkan kandungannya. Bapak si jabang bayi konon tak bertanggung jawab dan tak menginginkan kelahiran anaknya itu, sementara kawanku yang semula sudah siap untuk menjadi orang tua tunggal pada akhirnya menyerah; memutuskan untuk menghentikan kehamilannya.

Aku sudah berusaha keras untuk melakukan pendampingan supaya ia membatalkan niatannya itu tapi tak mempan. Lantas apa yang kulakukan mengetahui ia akhirnya memutuskan untuk melakukan aborsi?

Aku menyatakan kekecewaannya tapi mencoba untuk tak menghakimi dan siapa pula aku ini sehingga punya kuasa untuk menghukumnya? Aku mencoba menguatkannya untuk tetap melangkah ke depan meski kalau ditanya tentang setuju atau tidaknya diriku terhadap konsep aborsi ya tentu saja aku tetap tak setuju.

Perihal menghakimi, ada pula pihak dan kalangan lain yang lagi-lagi memiliki pengertian dalam diri yang berbeda tentang apa itu menghakimi.

Mereka memutuskan untuk tidak menghakimi seseorang dengan alasan awal yang amat tepat, “Who am i to judge?”, tapi bagi mereka tidak menghakimi orangnya mungkin juga berarti tidak menghakimi pula pandangan-pandangannya.

Berkawan dengan orang-orang LGBT, mereka ikut menyerukan legalisasi pernikahan sejenis. Mendampingi mereka yang hamil di luar nikah dan hendak melakukan aborsi, mereka pun mempersilakan dengan alasan kemanusiaan.

Adakah mereka bisa dibenarkan atau disalahkan? Aku tentu punya jawaban sekaligus punya hak untuk tak membeberkan jawaban atas pertanyaan tersebut di sini karena aku tak mau menghakimi apalagi menghukum, “Who am i to judge?”

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.