Kabar Baik Vol. 66/2017 – Kalau benar Ia Maha Pengampun, kenapa pengampunanNya bersyarat?

7 Mar 2017 | Kabar Baik

Kabar Baik Hari Ini, 7 Maret 2017

Matius 6:7 – 15
Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.

Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.

Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)

Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.

Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”

Renungan

Aku cukup bingung menentukan hendak pantang dan puasa apa pada Masa Pra Paskah tahun ini. Setiap hari aku sudah jarang makan daging-dagingan, selalu makannya ikan dan buah-buahan karena sedang diet untuk mengecilkan badan. Makan kenyang sehari sekali pun sudah jadi rutinitas, lagi-lagi kaitannya dengan diet.

Jadi, kalau mau pantang dan puasa ‘standard’ seperti itu, sepertinya bukan jadi pantang dan puasa lagi, kan?

Ide ‘gila’ lantas muncul beberapa jam sebelum perayaan ekaristi Rabu Abu kuikuti! Bagaimana kalau puasa dan pantang tak terkait makanan? Bagaimana kalau puasa dan pantang kucurahkan untuk mendoakan orang-orang yang kubenci, orang yang kuanggap bersalah kepadaku, sehari satu?

Aku menyanggupi tantangan yang muncul dari hati itu dan sejak hari pertama, saat berangkat kerja, aku mendasarkan doa rosario dan mendoakan mereka.

Berat? Banget!
Ada beberapa hal yang mengejutkan yang terjadi selama ini. Yang pertama adalah betapa prihatinnya aku terhadap diriku sendiri karena ternyata aku adalah seorang pendendam besar! Ketika aku mencoba mengelana ke gulungan kenangan ke masa lalu, ternyata banyak… banyak benar orang-orang yang masih kudendami! Orang-orang yang ketika kuingat namanya dan apa yang mereka lakukan padaku pada masa silam pun membuatku bergidik! Membuat nafasku berat mendadak, membuatku mata dendamku meruncing!

Aku tak tahu apakah aku akan berhasil melanjutkan tantangan ini hingga usai masa Pra Paskah, tapi setidaknya apa yang ditukas Yesus seperti ditulis Matius hari ini semoga menyemangatiku untuk terus melanjutkannya.

Bahwa ternyata pengampunan yang diberikan Bapa?itu bukannya tak bersyarat. Kita harus mengampuni kesalahan orang, baru kita akan diampuni salahnya.

Wah, kalau begitu Bapa?itu nggak maha pengampun dong, Don?? Oh ya? Kok bisa?

Kalau Bapa?itu Maha Pengampun, tentu Ia tak perlu menuntut syarat pengampunan terlebih dahulu kepada kita?

Hmmm, menurut pemikiranku begini. Bapa?itu Maha Pengampun dan itu adalah kenyataan. Kemahapengampunan-Nya bukan terletak pada ada atau tidak adanya syarat pengampunan itu sendiri. Kemahapengampunan-Nya justru terletak pada seberapa besar pun kesalahan yang kita perbuat kepadaNya akan dimaafkan asal kita juga memaafkan kesalahan orang lain sebesar apapun salah orang lain itu kepada kita.

Nah sekarang tantangannya justru ada pada kita. Bukankah kita ini adalah gambaranNya? Kalau benar, kitapun juga harusnya punya kemampuan untuk mengampuni yang bersalah kepada kita.

Mampu?
Mampukah kita memaafkan mereka yang menyakiti hati kita?

Pria yang pernah menggoda ibumu? Wanita yang pernah digoda bapakmu? Pria yang pernah menggoda istrimu? Wanita yang pernah digoda suamimu? Mereka yang pernah memusuhi ataupun mencelakakanmu dan orang tuamu dan sanak saudaramu?Mereka yang pernah menampik cintamu? Mengkhianatimu? Mereka yang pernah membuat usahamu bangkrut, mencuri uangmu dan menari di atas kesengsaraanmu? Mereka dan mereka dan mereka yang lain yang untuk mengingat namanya saya bau asam dendammu sudah sampai ke ubun-ubun kepala!?

Mea culpa, mea maxima culpa!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.