KABAR BAIK VOL.65/2016 ? Extra Ecclesiam Nulla Salus

5 Mar 2016 | Kabar Baik

KABAR BAIK HARI INI, 5 MARET 2016

Lukas 18:9 – 14
Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:

“Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.

Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.

Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Renungan

Kabar Baik hari ini berbicara tentang sikap meninggikan diri dan berujung pada perasaan dirinyalah yang paling benar dan imbasnya, orang lain selalu salah.

Tapi ada yang menggunakan ayat ini untuk meng-counter balik orang-orang yang kerap mengkafir-kafirkan orang lain yang dewasa ini seolah menjadi trend di Indonesia. Seolah-olah melalui Kabar Baik hari ini, kita orang Katolik dilarang mengkafirkan orang lain.

Benarkah?
Kalau kafir-mengkafirkan itu diartikan untuk meninggikan diri sendiri dan merendahkan orang lain, Yesus jelas melarang dengan tegas dan Kabar Baik ini memang bisa dijadikan sebagai rujukan.

Tapi kalau kafir-mengkafirkan diartikan sebagai pemilahan orang yang percaya pada ajaran Allah melalui Yesus dengan mereka yang tidak percaya, di dalam Gereja Katolik pun menurutku ada pemahaman seperti itu.

Mari kita simak apa yang ditulis Yohanes pada buku ke-14 ayat yang ke-6, Yesus bersabda Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

Hal ini diperkuat dengan dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus (EENS) yang berarti diluar Gereja Katolik tidak ada keselamatan, dogma yang kerap dipergunjingkan justru oleh kalangan dalam umat Gereja Katolik sendiri.

Ada banyak umat yang tidak tahu, tidak mau tahu, bahkan bersikap tidak percaya dan menganggap bahwa dogma EENS adalah sesuatu yang usang yang telah dihapuskan melalui Konsili Vatikan II (Tepatnya pada Lumen Gentium II). Padahal ya tidak.

Aku pernah diundang membawakan materi mengenai EENS di sebuah kumpulan orang-orang katolik Indonesia yang hidup di Australia.

Tapi baru diulas sekelumit saja, sudah banyak dari mereka yang protes. ?Nggak mungkin, Don! Mana ada ajaran seperti itu! Itu tafsir, kan??

Ada pula yang tanya, ?Kalau memang ada EENS itu gimana menantu gue? Dia agamanya lain tuh??

Ada juga yang bilang, ?Kan selama semuanya mengikuti Yesus, dan Yesus kan bisa ditemukan di mana-mana nggak hanya di Gereja Katolik!?

Jawabanku waktu itu begini, ?Ini ajaran Gereja, saya hanya menyampaikan. Percaya atau tidak percaya dan bagaimana Anda menanggapinya itu urusan kalian dengan Tuhan!?

Jawabanku singkat karena mau dijawab sepanjang apapun, itu tidak akan memuaskan mereka dan perdebatan seperti ini usianya sudah melebihi umur tujuh turunan di atasku dan yakin akan tetap berlangsung sampai lebih dari tujuh turunan sesudahku dengan catatan selama itu belum terjadi kiamat!

Kita harus punya anggapan bahwa ajaran agama kita adalah ajaran yang terbaik dan meskipun banyak nilai-nilai persamaan dengan agama lain, kita juga harus sadar ada banyak pula yang membedakan.

Di sisi ini kadang kita tidak siap. Kita takut berbeda. Padahal kita tak takut bilang bahwa orang Cina beda dengan Jawa, orang Papua beda dengan orang Sumatra, orang Indonesia beda dengan bule tapi ketika menyangkut agama, kita memilih ?melipir? dan bilang ?Ah, Tuhan kita kan sama ya??

Padahal, negara yang kalian cintai adalah negara yang menjunjung tinggi adanya perbedaan yang memperkaya dan justru mempersatu, Bhinneka Tunggal Ika!

Kalau begitu apa bedanya dengan ajaran lain dong pakai mengkafirkan orang segala?

Nah, inilah bedanya yang bisa kita ambil dengan menyelaraskan pada Kabar Baik hari ini.?Artinya, meski kita tahu ajaran kita adalah ajaran yang paling benar, adalah dosa besar jika kita mengaku diri sendiri yang paling benar. Kita tetap harus rendah diri. Kita harus mengintrospeksi diri karena belum tentu kita yang berada dalam ajaran benar pasti tidak bisa salah!

Kita juga dituntut untuk menghargai dan belajar dari sikap orang lain. Belum tentu juga orang yang berasal dari keyakinan yang menurut kita bukan yang paling benar punya perilaku yang lebih buruk dari kita, kan?

? Aku ingat, sesaat setelah pengajaran di depan para umat tadi selesai. Seorang ibu yang tadi bertanya soal menantunya datang kepadaku. ?Donny, jadi gimana? Masa menantuku gak akan masuk surga? Dia orang baik!?

Aku memeluk bahunya. ?Tante? saya bukan Tuhan. Sekali lagi saya hanya menyampaikan apa yang tertulis. Kita aja belum tentu masuk surga meski ajaran kita adalah ajaran benar. Jadi semuanya tetap tergantung pada kerahiman Allah. So, kita berdoa saja nggak hanya untuk menantu tante, tapi juga diri tante dan saya dan semua orang!?

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.