KABAR BAIK HARI INI, 3 Maret 2016
Lukas 11: 14 – 23
Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak.
Tetapi ada di antara mereka yang berkata: “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.”
Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia.
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh.
Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.
Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu.
Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya.
Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya.
Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”
RENUNGAN
Meski Gereja Tuhan itu tak tergoyahkan, tapi maraknya kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum imam di lingkup Gereja Katolik di seluruh dunia amatlah memprihatinkan kalau tak mau dibilang memalukan!
Berdasarkan laporan Uskup Agung Silvano Tomasi sebagai duta besar Vatikan untuk PBB pada satu kesempatan di Genewa (Swiss), Yang Mulia mengutarakan bahwa setidaknya dari tahun 2004 – 2014 di seluruh dunia terdapat 3400 kasus pelecehan seksual. (Baca di sini selengkapnya)
Imbas dari kasus ini sejatinya tak hanya bicara soal masa depan korban dan keluarga korban saja, tapi dalam cakupan yang lebih luas adalah penerimaan masyarakat terhadap Gereja Katolik yang kian memburuk.
Aku pernah menyaksikan sebuah film dokumentasi tentang bagaimana terjadinya pelecehan seksual oleh imam terhadap anak lelaki yang umurnya belum sampai sepuluh tahun.
Kejadiannya di Amerika Serikat, menimpa keluarga migran dari Amerika Latin yang kita tahu secara tradisional sangat erat dengan tradisi Gereja Katolik.
Semua berawal dari niat tulus orang tua si bocah mengirimkan anaknya untuk menjadi putra altar/misdinar pada perayaan ekaristi.
Sayang, niat tulus itu tak hanya dicederai tapi dihancurkan oleh si Imam. Anak itu mengalami belasan kali pelecehan seksual disertai ancaman dan kekerasan. Karena saking ketakutannya, si anak tak berani melapor orang tua.
Saat akhirnya tak kuasa lagi dan melaporkan, orang tua tak langsung mempercayainya, ?Ah mana mungkin? Dia kan pastor dan kamu laki-laki!?
Tapi semuanya terungkap meski demikian, alih-alih mendapatkan hukuman, sang pastor malah dipindahtugaskan tanpa pernah merasakan sehari pun hidup di balik jeruji besi penjara.
Si orang tua lantas nekat pergi ke Vatikan untuk mendapatkan keadilan. Yang ia dapatkan justru kekecewaan. Mereka tak bisa bertemu dengan perwakilan petinggi gereja.
Penggal terakhir film dokumentasi itu amat menyesakkan. Si orang tua, dengan wajah sayu, berlatar belakang Basilika Santo Petrus berkata pada reporter, ?Semua pintu telah tertutup. Aku bukan hanya tak percaya lagi pada Gereja Katolik, tapi apakah Tuhan itu benar-benar ada dan layak dipercaya??
Hal ini mengingatkanku pada bagian akhir Kabar Baik hari ini. Yesus berujar, siapa tidak bersama Aku, ia melawanku dan siapa tidak mengumpulkan bersama aku, ia mencerai-beraikannya.
Bagiku, para imam laknat itu adalah mereka yang tak bersama-sama dengaNya, dan mencerai-beraikan umat.
Adalah menarik kalau kita telisik apakah tugas imam sebenarnya?
Konsili Vatikan II, dalam dokumen Lumen Gentium merumuskan bahwa tugas Imam adalah penolong dan organ para uskup (Lumen Gentium 28). Lalu apakah tugas uskup yang harus ditolong oleh para imam yang ada di bawahnya?
Lumen Gentium 19 menyebutkan tugas pokok uskup adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas pemersatu itu dibagi menjadi tiga khusus yakni: tugas pewartaan, perayaan dan pelayanan. Tugas utama para uskup adalah pewartaan Injil.
Lihatlah betapa hal-hal nan suci dan utuh ini (Kabar Baik dan Lumen Gentium) bertabrakan amat keras dengan kenyataan yang ada.
Laksana jauh panggang dari api mengingat apa yang mereka lakukan justru sibuk dengan pengelolaan nafsu birahi binatang yang seolah tiada henti meski berada di balik relung gereja yang paling suci sekalipun!
Ah sudahlah. Tak ada gunanya melanjutkan renungan ini. Takutnya justru apa yang kutulis ini malah berlaku kontradiktif dan mencerai-beraikan kalian,para pembaca, terhadap Tuhan.
Maka mari kita bawa saja pergumulan ini dalam perayaan ekaristi yang kita ikuti. Pada saat doa umat didaraskan, pada saat kita mendoakan para imam dan pejabat gereja, mari kita imbuhkan intensi khusus semoga para imam senantiasa dinaungi Roh Kudus agar dijauhkan dari nafsu-nafsu tersebut. Sesungguhnya, tanpa bantuan Roh, hal yang satu ini memang sangat sulit untuk diatasi.
0 Komentar