KABAR BAIK VOL.62/2016 ? Kitab suci sumber justifikasi perbuatan kita?

2 Mar 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 2 MARET 2016

Matius 5:17 – 19

“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.

Renungan

Kita lebih sering menggunakan kitab suci untuk membenarkan/justify perbuatan kita ketimbang sebaliknya. Hal yang paling kentara adalah soal Hukum Kasih yang diajarkan Yesus.

Kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri. (Matius 22:39)

Secara tak sadar kita sering menggunakan penggalan ayat itu sebagai tameng keduniawian.

Misalnya kita punya hutang terhadap seorang kawan yang sama-sama Katolik. Ketika ditagih karena terkena tenggat waktu pembayaran, kita malah marah dan berujar, ?Wah, mana kasihmu? Katanya orang Katolik kok main tagih? Uang itu di atas kasih atau sebaliknya??

Hal lain lagi, soal pergi ke gereja. Karena malas kita lalu beralasan, ?Nggak ke gereja ah. Toh yang penting mengasihi sesama, ntar aku pergi ke perempatan situ aja ngasih duit ke pengemis, kan itu Kasih juga!?

Atau mau yang sedang hangat-hangatnya, masih ingat kan pendeta/musisi kristiani berinsial FS yang menikah dengan FF?

FS yang kesohor itu harus menceraikan istri tuanya untuk menikahi FF. Saat diwawancarai sebuah acara talkshow televisi Indonesia, FF berujar, ?Iman saya mengatakan, kasih itu adalah hal yang terutama. Saya mengasihi kekasih saya??

Tentu Yesus sangat suka kalau hukumNya dijadikan landasan hidup bagi kita, orang-orang yang mengaku sebagai pengikutNya. Tapi jika kita membaca Kabar Baik hari ini, keberadaan Yesus dengan hukum-hukumNya tidak menganulir Taurat atau kitab para nabi.

Ia menggenapi!

Artinya?
Seseorang yang berani bicara soal Kasih Yesus, ia juga tak boleh menganulir hukum-hukum Taurat yang sudah ada sebelum Yesus turun ke bumi termasuk hukum Sepuluh Perintah Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa, leluhur Yahudi.

Seorang yang berkelit dari hutang, ia melanggar 10 Perintah Allah yang ke-10, Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil.

Orang yang menolak ke gereja karena malas juga melanggar 10 Perintah Allah yang ke-3, Kuduskanlah Hari Tuhan.

FS yang berselingkuh dari istrinya dan berpacaran dengan FF yang waktu itu masih istri orang lain, meski mengaku menjalankan kasih, ia juga telah melanggar 10 Perintah Allah yang ke-9, Jangan mengingini istri sesamamu.

Jadi, penggenapan Yesus adalah penggenapan dari Kejadian 1:1 hingga Wahyu 22:21. Satu ayat saja tak kita hiraukan apalagi secara sengaja untuk mendapatkan pembenaran, menurutku hal itu bertentangan dengan apa yang dibilang Yesus dalam Kabar Baik hari ini, bahwa satu iota atau satu titikpun (dari hukum-hukum itu) tidak akan ditiadakan hingga akhir jaman.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.