Kabar Baik Vol. 59/2017 – Haruskah meninggalkan keluarga untuk mengikuti Tuhan?

28 Feb 2017 | Kabar Baik

Kabar Baik Hari Ini, 28 Februari 2017

Markus 10:28 – 31
Berkatalah Petrus kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!”

Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.

Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”

Renungan

Setelah dua hari belakangan ini Kabar Baik yang ditulis Markus membahas tentang Allah dan mamon, hari ini ia merawi tulisan tentang percakapan antara Petrus dan para murid lainnya dengan Yesus tentang apa yang akan didapat untuk mereka yang telah meninggalkan keluarga untuk mengikutiNya?

Satu pertanyaan menyeruak muncul di dalam benak setelah membaca beberapa kali Kabar Baik hari ini, “Akankah Yesus tega untuk membiarkan kita meninggalkan keluarga demi mengikutiNya?”

Don, yang dimaksud Yesus itu hanya untuk mereka yang akhirnya menjadi imam, biarawan dan biarawati. OK, tampaknya memang demikian, tapi adakah hal lain yang bisa kita pelajari dari Kabar Baik hari ini sebagai umat awam?

Mari kita coba memahaminya…

Aku punya seorang kawan, sebut saja Mawar, dia pria. Sejak muda ia aktif dalam pelayanan di persekutuan doa dan kadang-kadang ketika pastor paroki memintanya untuk mendampingi kegiatan muda-mudi katolik, ia tak keberatan juga.

Tak lama kemudian ia menikah dan punya tiga anak. Seiring berjalannya waktu, namanya melambung. Pengajaran yang ia sampaikan selalu menarik minat umat. Banyak yang mengharapkan kehadirannya sehingga nama Mawar pun ‘beredar’ tak hanya di satu kota tapi juga kota lain, propinsi lain, pulau lain bahkan hingga melanglang buaa ke negara-negara lain.

Tapi sejak beberapa tahun silam, nama Mawar hilang bagai ditelan bumi. Foto-fotonya yang dulu setiap scroll di Facebook selalu nongol, tiba-tiba hilang. Akun media sosialnya pun ditutup. Ada apa gerangan?

Aku lantas menghubunginya karena kami berkawan baik sejak lama. Dari Mawar aku mendapatkan informasi bahwa ia memang memutuskan mundur total dari pelayanan karena keluarganya berantakan. Istrinya sempat lari digondol pria, anak-anaknya yang beranjak remaja membinal tak terkira! Ada yang kena kasus narkoba, ada yang terjerembab dalam pergaulan bebas. Macam-macam!

Bagiku, dan kemudian dibenarkan olehnya, Mawar adalah contoh pelayan Tuhan yang meninggalkan Tuhan demi tuhan.
Ia gagal menemukan dimana Tuhan semata karena gagal pula menelaah Kabar Baik hari ini. Ia menyangka bahwa selama bicara di mimbar yang mengundang, ia bicara untuk Tuhan dan Mawar percaya Tuhan pulalah yang akan melipatkan 100 kali terhadap apa yang dimilikinya: rumah, keluarga dan ladang.

Ia tak ‘melihat’ bahwa Tuhan juga ditemukan dan harus diikuti di dalam keluarganya sendiri terlebih setelah kian lama ia kian sadar, di atas mimbar, di bawah lampu sorot dan kamera, Mawar akhirnya sadar ia tidak sedang bicara tentang Tuhan, tapi ia sedang membiarkan dirinya di-tuhan-kan melalui ayat-ayat suci Tuhan!

“Aku baru sadar ternyata aku hanya melayani ego-ku sendiri, Don!” demikian ujarnya.

Mengikuti Yesus bukan berarti meninggalkan keluarga. Mengikuti Yesus justru membawa keluarga untuk bersama-sama meninggalkan takaran-takaran keduniawian dan menjadikan Tuhan serta Kabar Baik sebagai pedoman.

Sulitkah? Sulit tentu saja! Bahkan Yesus sendiri bilang, “Penuh penganiayaan!” Tapi bagi kita yang tak pernah berhenti untuk percaya, adakah hal yang mustahil bagiNya?

Untuk S, di kota B.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.