Kabar Baik Vol 58/2017 – Tips membesarkan lubang jarum supaya bisa dilewati seekor unta!

27 Feb 2017 | Kabar Baik

Kabar Baik Hari Ini, 27 Februari 2017

Markus 10:17-27
Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”

Jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.

Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!”

Lalu kata orang itu kepada-Nya: “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.”

Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?”

Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.”

Renungan

Hari ini, seorang datang dengan berlari-lari kepada Yesus bertanya syarat masuk surga.

Ia kubayangkan adalah seorang yang baik karena sejak muda ia telah mengusahakan hal-hal yang menurut Taurat perlu dilakukan untuk keselamatan jiwa abadinya. Yesus tak menyangkal syarat-syarat itu bahkan Ia menaruh kasih kepadanya lalu berkata bahwa tinggal satu syarat lagi yang perlu dilakukan yaitu jual seluruh harta kepunyaan ‘yang kau miliki’, berikanlah kepada orang miskin dan datang serta ikuti Dia.

Lalu orang baik itu pergi dengan sedih dan kecewa. Aku tak tahu apakah dalam pikirannya Yesus setelah mengatakan itu semua lantas masih dianggap sebagai guru yang baik atau tidak.

Sekitar tiga bulan lalu, suatu sore tiba-tiba Joyce, istriku, bilang, “Aku mimpi kombinasi nomer semalam!” Otomatis aku langsung bilang, “Wah! Kita perlu beli lotto!”

Lotto adalah undian semacam SDSB/Porkas jaman dulu. Orang memasang kombinasi angka, lalu diadakan pengundian, jika nomer yang muncul sama dengan nomer yang kita pasang, kita berhak mendapatkan uang. Lotto di Australia hadiahnya luar biasa besar bahkan kadang sampai 30 juta dollar!

“Tapi itu kan judi!” Joyce mengingatkan.
“Tapi kita perlu! Hahahaha…” Aku setengah memaksakan. “Lagipula kalau menang kita bisa bayar semua hutang, beli rumah yang kita impikan lalu sisanya, katakanlah 50%, kita sumbangkan ke Gereja!”

Aku lantas membayangkan, seandainya aku saat itu benar-benar beli lalu menang lalu menjalankan skenario persis seperti yang kutulis barusan, lalu melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan orang baik di atas; bertemu Yesus dan bertanya syarat masuk surga dan Dia mengatakan hal yang sama yaitu menjual semua kepemilikan, menyerahkan pada yang miskin lalu mengikutiNya, akankah aku tidak sedih dan tidak kecewa?

Atau jangan-jangan aku sama-sama sedih dan kecewanya sama seperti si pemuda tadi? Mengenal diriku sendiri, barangkali aku akan sedih dan kecewa serta menggunakan alasan pembelaan, “Bukankah saya sudah menyumbang 50% untuk gereja, Tuhan?”

Apa yang hendak Yesus katakanhari ini sebenarnya sama persis dengan apa yang diucapkanNya kemarin bahwa kita tak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. Cinta kepada Tuhan itu cinta yang monogami! Kita tak boleh membagi cinta antara Dia dengan dunia; mamon adalah duniawi, mamon adalah harta benda dan kelekatan pada duniawi itu menjauhkan kita dari Tuhan.

Tapi apa lantas kita perlu menjual semuanya? Rumah, mobil, deposito dan tabungan? Bagaimana dengan keluarga? Mereka diberi makan apa? Tagihan-tagihan? Hutang-hutang?

Aku tertarik menggarisbawahi istilah yang digunakan Yesus yaitu ‘yang kau miliki’ untuk menjelaskan ‘harta yang harus dijual’.

Kepemilikan, ketergantungan apalagi obsesi terhadap hal-hal duniawi itu melenakan tapi sekaligus menyesatkan. Aku yang akhirnya hanya bisa membayangkan beli lotto lalu menang lalu beli rumah yang kuimpi-impikan pun sudah cukup terlena, apalagi kalau benar-benar kesampaian! Maka tak heran kalau di dunia ini ada begitu banyak orang berkompetisi secara tak sehat hanya karena untuk berebut harta, saling telikung satu sama lain bahkan saling bunuh hanya untuk mendapatkan supremasi yang terhebat dengan penguasaan harta benda yang terbanyak di antara sesamanya.

Hal seperti inilah yang tak dimaui Yesus terjadi pada kita! Jadi? Hiduplah dari harta yang bukan kita miliki tapi Tuhan miliki dan dititipkan kepada kita untuk digunakan sebagai alat penunjang hidup dan berkat bagi sesama kita.

Caranya?
Dari apa yang kurenungkan, step-by-stepnya begini:

Pertama, sadari!
Sadarilah bahwa harta benda yang kita miliki itu tidak lain berasal dari Allah. Segala sesuatu yang berasal dariNya pasti datang melalui jalan kebaikan.

Kedua, jual!
Jadi kalau kita menemukan harta yang kita dapatkan melalui cara-cara yang tak baik misalnya mencuri, ngakalin pajak pemerintah, merusak lingkungan, menelikung dan mematikan mata pencaharian orang lain, jual dan berikanlah semuanya, sekali lagi semuanya… pada orang miskin!

Ketiga, lanjutkan!
Lanjutkan mencari uang melalui cara yang baik sambil terus menyadari bahwa segala yang kita dapat pasti dari Tuhan. Jadi, tak satupun yang kita dapat itu adalah kepunyaan kita jadi kita tak berhak menghambur-hamburkannya. Sehingga ketika ada yang miskin yang membutuhkan, ada yang terkena musibah dan perlu bantuan, kita tahu itu semua adalah cara untuk kita dimurnikan, untuk kita dibesarkan ‘lubang jarum’ sehingga kita lebih mudah masuk ke dalam KerajaanNya.

Berani? Kalau Yesus saja berani mengorbankan diri demi kita, kenapa kita tidak berani mengorbankan semuanya itu demiNya?

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.