Kabar Baik Vol 54/2017 – Garam hambar nan membatu, melarang orang berpakaian seksi karena takut ia sendiri yang jatuh ke dalam nafsu?

23 Feb 2017 | Kabar Baik

Kabar Baik Hari Ini, 23 Februari 2017

Markus 9:41 – 50
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.”

“Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.

Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.)

Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.)

Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.

Karena setiap orang akan digarami dengan api. Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”

Renungan

Suatu waktu aku pernah berdiskusi dengan kawan, seorang wanita. Kami membahas tentang maraknya kejahatan seksual mulai dari pelecehan hingga pemerkosaan. Percakapan jadi ‘ramai’ ketika aku bilang bahwa ada banyak kalangan menganggap bahwa yang bersalah dalam kasus-kasus seperti itu justru adalah si cewek yang jadi obyek sasaran.

“Kenapa?” tanyanya.
“Ya kata mereka, si cewek harusnya nggak pakai pakaian yang mengumbar aurat. Harusnya ditutup!”

Lalu tiba-tiba kawanku itu marah dan bilang, “Heh! Kok nyalahin kami? Suka-suka kami dong mau pakai pakaian seminim apapun, yang salah itu mata kalian dan nafsu kalian! Itu yang harus dijaga!?”

Kabar Baik hari ini membahas hal yang membuatku mengingat kembali percakapan di atas. Yesus dengan amat keras menyuruh kita untuk memenggal tangan dan kaki kita sendiri jika itu menyesatkan atau cungkillah ketika mata ini menjerumuskan!

Jadi, misalnya kita jadi bernafsu untuk memerkosa seorang cewek yang lewat di depan kita, tak peduli seminim apapun bajunya, seseksi apapun tubuhnya, yang salah bukanlah dia melainkan mata kita.

Atau ketika kita melewati sebuah rumah mewah tak berpagar lalu kita jadi ingin masuk dan mengambil harta benda yang ada di sana, yang salah bukan karena si pemilik rumah lupa menggembok gerbang dan pagar tapi karena kaki kita yang menghantarkan kita masuk ke dalamnya dan tangan kita yang mengambil semua barang yang bukan milik kita.

Kenapa Yesus tidak ikut-ikutan menyalahkan obyek dan malah menyuruh kita untuk menginterospeksi diri saat ketersesasatan terjadi?

Bagiku, tentu dengan ilmu ‘raba-raba’ karena hanya Yesus yang tahu maksudNya sendiri, ?ada tiga hal alasan dibaliknya.

Pertama, Yesus ingin kita ini menjadi tuan atas diri kita sendiri. Ia sadar bahwa manusia adalah gambaran Allah dan menurut Katekismus Gereja Katolik nomer 357, sebagai citra Allah, kita diberi kemampuan untuk menjadi tuan atas diri sendiri.

Kalau Yesus menyalahkan obyek dan orang lain di sekitar ketika ketersesatan terjadi maka hal itu sama saja dengan menganggap kita tidak memiliki kuasa atas diri kita sendiri. Maksudnya? Kalau orang lain dan obyek lain yang disalahkan, maka tuan atas pengendalian nafsu birahi kita adalah sejauh mana orang lain tak berpakaian minim, tuan atas pengendalian nafsu maling kita adalah sejauh mana orang tak lengah atas pintu pagar, pintu gerbang. Kalau demikian betapa hidup yang lemah ini jadi tambah lemah karena semua serba tergantung orang dan lingkungan sekitar. Bukankah tidak demikian seharusnya?

Tuan atas diri adalah kita sendiri yang lantas dalam proses pendewasaan iman, kita menyerahkan otoritas itu seutuhnya kepada Tuhan!

Kedua, Yesus konsisten dengan ajaranNya yang melawan penghakiman antar-individu. Tentu kalian masih ingat bagaimana seorang yang berzina yang bertobat memohon ampun kepadaNya di saat orang-orang Farisi sudah menyiapkan batu untuk merajam sebagai hukuman? Pesan terkuat dari Yesus adalah supaya kita tak saling menghakimi. Jika kita diberi hak untuk menyalahkan obyek, misalnya tentang wanita yang berpakaian minim atau pintu yang tak digembok, maka dunia ini akan menjadi ajang saling salah-menyalahkan yang runyam karena setiap manusia akan merasa punya kuasa untuk menyalahkan dan menghabisi yang lainnya.

Ketiga, sebagaimana Tuhan menghargai kebebasan kita, Ia juga mau supaya kita menghormati kebebasan orang lain. Artinya, ketika seorang bahkan berkeputusan untuk telanjang kemanapun ia pergi, kita tak berhak melarangnya! Kita tak pula berhak menyentuhnya apalagi memanfaatkannya sebagai media pelampiasan nafsu. Tak hanya nafsu birahi tapi juga nafsu untuk sok menasihati dan menggurui.

Jadi? Mari kita menginterospeksi diri!

Aku ingin menutup renungan ini dengan penggalan terakhir Kabar Baik seperti tertulis di atas,

Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”

Ketika kamu jatuh dalam ketersesatan, kamu menjadi garam yang hambar dan itu adalah kesalahanmu sendiri! Ketika kamu yang sudah jatuh ke dalam sesat lalu malah menyalahkan sekelilingmu seolah merekalah yang membuatmu terjatuh, bagaimana mungkin kedamaian terjadi dalam hidup bersama orang lain? Kamu tak hanya jadi garam hambar, tapi jadi garam hambar yang membatu yang tak berguna sama sekali…

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.