Kabar Baik Vol. 43/2017 – Taurat tanpa Yesus itu bagai Halte bis tanpa anak tangga…

12 Feb 2017 | Kabar Baik

Kabar Baik Hari Ini, 12 Februari 2017

Matius 5:17 – 37
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.

Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.

Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.

Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.

Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun.

Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Renungan

Menggenapi adalah menyempurnakan supaya tidak ganjil.

Yesus adalah Tuhan yang turun menjadi manusia, maka cara Ia menggenapi hukum Taurat adalah dengan membuat hukum-hukum yang konon aturannya lebih dari 600 buah itu (tersirat dalam lima kitab pertama Perjanjian Lama) menjadi lebih ‘aksesibel’ terhadap manusia yang menggunakannya.

Apakah itu artinya hukum Taurat dibuat menjadi lunak karena manusia itu lemah? Tentu tidak karena ketika bicara tentang kelemahan manusia, Yesus menyediakan pintu tobat. Ketika bicara Taurat, Ia tak mengubah menjadi lunak karena aturan tetaplah aturan.

Analogi ‘ngawur’ ku mungkin demikian…
Di sebuah daerah, seorang walikota menyuruh pegawai bawahannya untuk membangun halte bis bagi rakyat. Setiap pagi, hampir seluruh warga kota memilih menggunakan bis untuk beraktivitas ketimbang mengendarai kendaraan pribadi.

Dana ratusan juta dikeluarkan dan halte bis pun terbangun dengan gagah, tampak memang seperti ‘barang mewah’.

Tapi meski demikian, anehnya, tak semua warga menggunakan halte bis itu. Malah, hanya sedikit. Mereka menghindari halte dan memilih nyegat bis dari jalanan.

Walikota pun bertanya-tanya, kenapa demikian? Kenapa warga tak menggunakan? Ia lantas mendapatkan laporan bahwa keengganan warga untuk menggunakan halte adalah karena halte yang cukup tinggi seperti panggung itu tak dilengkapi tangga. Nah, kalau demikian lantas bagaimana warga bisa naik ke halte tanpa tangga?

Walikota menyuruh utusan terbaiknya untuk memperbaiki halte itu tadi. Ia tak meminta Si Utusan untuk mengambrukkan halte lalu membangun dari awal. Ia hanya meminta supaya Si Utusan membuat halte itu lebih manusiawi, lebih punya aksesibilitas sehingga bisa bisa digunakan.

Demikian juga Taurat. Tak se-iota pun diubah Yesus. Ia adalah Tuhan yang diutus menjadi manusia supaya hukum itu mampu dimengerti dan digunakan sebagai pengatur hidup yang memuliakan namaNya melalui kehidupan itu sendiri.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.