KABAR BAIK VOL.36/2016 ? Daging itu lemah

5 Feb 2016 | Kabar Baik

KABAR BAIK HARI INI, 5 FEBRUARI 2016

Markus 6:14 – 29
Raja Herodes juga mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan: “Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia.” Yang lain mengatakan: “Dia itu Elia!” Yang lain lagi mengatakan: “Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu.” Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata: “Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi.”

Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.

Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarny perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: “Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!”, lalu bersumpah kepadanya: “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!”

Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: “Apa yang harus kuminta?” Jawabnya: “Kepala Yohanes Pembaptis!” Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: “Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!”

Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.

RENUNGAN

Apa yang digambarkan dalam Kabar Baik hari ini klasik, sangat klasik?

Herodes ternyata masih punya nurani. Meski ia mengejar-ngejar Yesus sejak Ia belum lahir untuk dibunuh, ternyata Herodes juga suka mendengarkan kotbah Yohanes Pembaptis.

Ia juga mengakui bahwa Yohanes itu orang benar dan suci, oleh karenanya meski berhasil menangkap, Herodes tidak membunuh Yohanes.

Namun sayang, meski roh kuat tapi daging itu lemah.
Herodes terpikat pada gemulai tarian keponakannya yang juga akhirnya jadi anak angkatnya dan di hadapan para petinggi kerajaan, ia bersumpah hendak memberikan apapun yang diminta sang keponakan meski itu adalah separuh kerajaan sekalipun; sesuatu yang mungkin ia sendiri yakin tak mungkin diminta keponakannya.

Dan benar saja, keponakannya tidak serakah minta tanah, ia minta kepala Yohanes.

Tak dilukiskan bagaimana paras herodes saat permintaan itu diutarakan, Markus dalam Kabar Baik hari ini menulisnya begitu ringkas, “sedihlah hati raja”, tapi yang kubayangkan wajahnya pucat pasi meski tak lama; karena tak mau menanggung malu dihadapan khalayak, diluluskannya permintaan itu sebagai wujud pemenuhan janjinya.

Kita, dalam tataran yang mungkin tak sama dengan herodes, sering menghadapi kenyataan seperti itu.

Oleh Tuhan sudah diberi istri yang cantik, anak-anak yang lucu, rejeki serta hidup yang tenang nan damai, tiba-tiba datang godaan. Seorang wanita yang jauh lebih muda dan menarik secara fisik dari istri mendekat. Memainkan indera kita untuk menikmati. Awalnya hanya teman curhat, tapi lama-lama kita tahu kemana cerita akan berujung…

Saat akhirnya sudah terpuruk, terlanjur dan memburuk di situ biasanya semua sudah terlambat. Kita seolah tak punya otot dan segenap tulang untuk bangkit meski sebenarnya Tuhan tak pernah lebih jauh dari nafas kita untuk membantu berdiri dan menerima kita apa adanya…

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.