Kabar Baik Hari Ini, 26 Desember 2016
Matius 10:17 – 22
Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya.
Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.
Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.
Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka.
Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
Renungan
Baru sehari berselang setelah Natal, Gereja Katolik malah memperingati hari ini sebagai Hari Raya Santo Stefanus.
Siapakah Stefanus itu? Stefanus adalah orang pertama yang menjadi martir karena imannya terhadap Yesus. Menjadi martir? Ya, dibunuh karena iman, itulah martir.
Dan Kabar Baik hari ini meneguhkan. Yesus bicara tentang masa depan orang-orang yang percaya kepadaNya. Bahwa resikonya besar, kita bisa dibunuh, bahkan diserahkan untuk dibunuh oleh orang-orang terdekat kita sendiri.
Masa kini, resiko seperti itu masih ada, tambah banyak malah. Tak hanya di Timur Tengah, kebencian terhadap para pengikut Kristus menyebar ke seantero jagad.
Tapi kan pengamanan sudah ditingkatkan, Don? Teroris dibekuk, bahkan ketika mereka sedang merencanakan pun polisi sudah begitu tanggap untuk menangkapnya. Canggih!
Benar! Tapi yang membunuh itu bukan hanya teroris. Teroris membunuh raga, tapi ada hal-hal lain yang membunuh jiwa dan membelenggu roh.
Kelekatan. Itulah kuncinya, itulah teroris yang sesungguhnya. Kita lekat pada kebiasaan-kebiasaan yang menyamankan. Kita lekat pada handphone, seberapa kuat kamu bertahan hidup tanpanya? (aku pernah mencoba dan tak kuat bertahan lebih dari 10 menit!)
Kita lekat pada hiburan-hiburan tak sehat.
Kita lekat pada pria/wanita idaman lain padahal kita sudah berjanji untuk menyudahi petualangan cinta terlarang itu?
Kita lekat pada kebiasaan menguntit uang perusahaan tempat kita bekerja, dan lain sebagainya…
Untuk segala kelekatan itulah kita sejatinya membiarkan jiwa kita dibunuh secara perlahan dan roh kita dibelenggu. Kita merasa selamat, kita merasa tak dibunuh secara keji dengan AK 47 atau tak digergaji leher. Kita merasa tak hancur tubuh karena ledakan bom C4, kita merasa aman karena gereja kita tak diluluhlantakkan…
Tapi bukankah ‘merasa’ dan ‘perasaan’ itu adalah hal yang paling membahayakan karena sejatinya kita tak pernah tahu sejauh apa perasaan dari kenyataan?
Seperti yang Yesus bilang di akhir Kabar Baik, ‘tetapi orang yang bertahan hingga kesudahannya akan selamat’
Kita belum sampai pada kesudahan hidup, kita masih harus terus mengerjakan keselamatan ini…
Ayo, Bung!
0 Komentar