Kabar Baik Vol. 351/2016 – Kesaksian

16 Des 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik Hari Ini, 15 Desember 2016

Yohanes 5:33 – 36
Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan.

Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu.

Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.

Renungan

Pada akhirnya Yesus menegaskan betapa yang paling penting adalah kesaksian tentang bagaimana Ia menjalankan pekerjaan yang diserahkan BapaNya yang mengutus. Ia mewartakan Kabar Baik, mengadakan mukjizat lalu menyerahkan diri untuk disalib demi penebusan dosa kita.

Setelah Yesus bangkit, apalagi yang harus kita dengar, baca dan lihat tentang kesaksian?

Sebagian orang menganggap bahwa sepanjang hidup harus melulu membaca kitab suci dan memperbanyak aktivitas gereja saja dengan alasan kita harus fokus pada kesaksian Yesus, mengenang hidupNya, dua ribu tahun silam.

Tak salah, bahkan perlu. Tapi sekali lagi, tak melulu.
Kita perlu mengaktualisasikan apa yang termaktub dalam Kabar Baik ini dalam kehidupan pribadi kita. Bagaimana kita harus bisa menjadi saksi kebesaran Bapa melalui pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan yang diserahkanNya kepada kita.

Melalui bagaimana kita bersikap dan berperilaku terhadap sesama tanpa pandang bulu perbedaan, bagaimana kita berani untuk bersikap benar terhadap norma-norma yang kita pegang, bagaimana kita memperlakukan lingkungan hidup di sekitar kita, semua akan menjadi kesaksian yang penting terhadap Tuhan bagi sekeliling kita.

Kemarin aku kehilangan seorang kawan, sesama angkatan lulusan SMA Kolese De Britto Yogyakarta tahun 1996. Deddy, namanya.

Ia pergi begitu cepat padahal satu setengah jam sebelum kepergiannya kami masih akrab ber-chit-chat di jendela WhatsApp grup angkatan. Bahkan kami sedang berusaha mengumpulkan siapa-siapa kawan seangkatan yang sudah dipanggil Tuhan karena hendak kami doakan dalam acara reuni akbar di Jogja, 26 Desember 2016 mendatang.

Dalam percakapan itu Deddy bahkan menyumbang ide karena kami kesulitan untuk mencari foto satu-dua kawan yang sudah meninggal, di Facebook tak ada, di Google pun nama-namanya tak terekam.

“Kita ngumpulinnya dari foto buku kelulusan saja supaya gampang…” begitu katanya.

Satu setengah jam kemudian berlalu dan kami sadar itu adalah percakapannya yang terakhir. Ia pergi dalam kedamaian…

Deddy, sepanjang hidupnya adalah orang baik, amat baik. Ia taat pada iman sampai mati, bahkan ketika kegetiran hidup menyeruak, ia tahu harus berpegangan kepada Siapa.

Hingga tulisan ini kurawi, di jendela-jendela percakapan WhatsApp maupun di Facebook, ramai kawan bicara tentang kebaikan-kebaikan Deddy selama hidup.

Bagiku, Deddy dan semoga kita semua adalah saksi kedahsyatan Tuhan di dunia dan kemarin aku berduka karena seorang saksi telah berpulang meski sekaligus di kepingan yang lain aku bersukacita karena Deddy?telah menemui Sosok yang kepadaNya ia bersaksi selama ini.

So long, Bro! Rest in peace in Jesus! Jadilah pendoa bagi?kami yang masih harus terus-menerus bersaksi di dunia ini.

Oh ya, teman-teman, aku membuat survey/angket ?Kabar Baik?. Aku memerlukan feedback/saran/kritik terhadap serial Kabar Baik yang kuterbitkan setiap hari tahun ini. Silakan dilihat di sini. Terima kasih ya!

Sebarluaskan!

1 Komentar

  1. melalui kabar baik ini mengingatkan sy akn kebaikan Tuhan selama hidup sy.
    dan sy tdk tau bgmn cr membalas kebaikan Tuhan.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.