Kabar Baik hari ini, 13 Desember?2016
Matius 21:28 – 32
“Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur.
Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.
Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.
Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” Jawab mereka: “Yang terakhir.” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.”
Renungan
Dunia dan kita kadang terpaku pada dua pilihan saja, padahal biasanya ada pilihan yang terungkapkan dibalik keduanya, yang tak tersebutkan dan tak terkatakan yang justru menjadi pilihan terbaik.
Akhir 1999 aku di berada di gerbang kebimbangan.
Antara memilih untuk menyelesaikan kuliah tapi butuh waktu lama (dan malas) dan biaya yang tak sedikit atau berhenti lalu melanjutkan kerja sampingan untuk dijadikan kerja utama tanpa titel, tanpa ijasah kelulusan dari kampus.
Mudah ditebak, aku memilih untuk berhenti kuliah lalu bekerja. Dalam pikirku, kalau orang seperti Bill Gates dan Steve Jobs bisa menguasai dunia tanpa harus lulus kuliah, kenapa aku tak bisa?
Kenapa aku tak memilih yang pertama? Untuk menutupi rasa malas, aku berkata begini di depan kawan-kawan, “Lagipula orang tuaku ambruk secara finansial, gak bisa menamatkan kuliahku karena kurang biaya!”
Hal itu ada benarnya karena waktu itu perekonomian Papa dan Mama berada di titik nadir, tapi kalau aku mau jujur aku bisa membiayai kuliah itu dengan pekerjaan sampingan yang kulakukan sejak setahun sebelumnya.
Beruntung, meski tidak/belum sedigdaya Bill Gates dan Steve Jobs, tapi aku berhasil dengan pekerjaanku bahkan pada 2008, sekitar dua bulan sebelum pindah ke Australia, kubayar tunai hutangku, titel S.Kom kusandang tepat berada di belakang namaku, Donny Verdian, S.Kom.
Aku dan pilihan-pilihan di atas adalah contoh baik terhadap pengambilan keputusan yang kurang baik. Aku tahu dan sadar bahwa pilihan tak hanya dua, antara kuliah tapi orang tua tak punya uang atau berhenti kuliah lalu bekerja. Pilihan terbaik sesungguhnya adalah melanjutkan kuliah dengan membiayainya sendiri dari pekerjaan-pekerjaan sampingan yang kugeluti sejak setahun sebelumnya. Tapi, pada waktu itu aku tak memilih itu…
Sama dengan Kabar Baik hari ini. Yesus seolah hanya memberikan dua pilihan, menjadi anak yang di hadapan Bapa menyanggupi untuk bekerja di kebun anggur tapi kemudian tak mengerjakannya atau menjadi anak yang di hadapan Bapa bilang tidak mau tapi akhirnya menyesal dan pergi untuk bekerja.
Ketika hanya ada dua pilihan itu, tentu anak kedua adalah yang terbaik seperti yang dikatakanNya.
Tapi mari kita mencoba berpikir lebih dalam, sungguhkah tidak ada pilihan lainnya selain dua pilihan itu?
Sadarkah kita bahwa Kabar Baik ini sering dijadikan landasan bagi kita untuk berkompromi, untuk berlaku sama seperti Si Bungsu, berani mengumbar hawa nafsu duniawi dengan alasan, “Ah gampang, nanti kan bisa bertobat lalu kita aktif pelayanan, banyak nyumbang… tapi itu nanti. Sekarang? Happy-happy dulu!”
Tapi bagaimana kalau ketika sedang dalam tahap penyesalan, Bapa mengusir anak bungsu yang menolak perintahNya itu? Bagaimana kalau ketika sedang ‘happy-happy’ sambil menunggu ‘nanti kan bisa bertobat’ lalu kita mati? Adakah Tuhan akan mengembalikan waktu untuk kita melanjutkan pertobatan kita?
Bagiku, Yesus tampak hanya mengajukan dua pilihan yang tercermin pada kedua anak tadi tapi sejatinya, Ia mengajukan tiga pilihan.
Ah ngaco kamu, Don! Apa kamu lupa kemarin udah ada yang memprotes katanya renungan Kabar Baikmu ini nggak sesuai dengan dogma dan teologi Gereja Katolik lho!
Aku nggak ngaco karena ini permenungan pribadi! Bagiku, pilihan ketiga Yesus yang tak terkatakan adalah menjadi anak yang di hadapan Bapa bilang sanggup untuk bekerja lantas pergi bekerja menjalankan perintahNya dengan sungguh-sungguh.
Lalu kenapa Yesus tak menyampaikan pilihan ketiga itu? Karena Ia meminta kita untuk melihat bahwa pilihan ketiga itu ada pada diriNya sendiri.
Pilihan untuk menjadi anak yang taat sejak di hadapan Bapa hingga ketika kita menjalankan ketaatan itu ada pada diriNya yang tak pernah tidak taat, yang bahkan mau dengan rela serta ikhlas dan penuh cinta menyerahkan harta yang paling berharga dalam hidupNya, nyawaNya sendiri.
Jadi mau pilih yang mana?
Oh ya, teman-teman, aku membuat survey/angket ?Kabar Baik?. Aku memerlukan feedback/saran/kritik terhadap serial Kabar Baik yang kuterbitkan setiap hari tahun ini. Silakan dilihat di sini. Terima kasih ya!
0 Komentar