Kabar Baik VOL. 342/2016 ? Apa perlunya datang kepada Yesus kalau kita tak letih, lesu dan tak pula berbeban berat?

7 Des 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 7 Desember 2016

Matius 11:28 – 30
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.”

Renungan

Persoalannya sekarang adalah, perlukah kita datang kepadaNya ketika kita tidak letih, lesu dan tidak berbeban berat?

Banyak kawanku di Australia sini memutuskan tidak mau datang ke Gereja bukan karena mereka benci dengan christianity tapi karena mereka pikir, “Untuk apa?”

Mereka, kami lebih tepatnya, merasa hidup kami sudah nyaman. Negara sudah mengatur segalanya dengan baik. Meski pajak tinggi tapi pemerintah memberikan begitu banyak kemudahan. Sistem transportasi umum yang apik, harga-harga bahan kebutuhan pokok yang terjangkau, sarana kesehatan gratis yang diambil dari pajak yang kami bayar, sekolah yang juga gratis, tempat wisata yang tak semuanya bayar dan layak yang membuat kami tak perlu berwisata ke mall, jadi ‘sah’ saja kalau kawan-kawanku tadi bertanya, “Untuk apa kita ke Gereja?”

Benar juga ya? Apa jangan-jangan sabda Yesus itu hanya layak dibagikan kepada mereka yang tinggal di negara miskin dan berkembang yang bahkan untuk beribadah saja masih harus diusik dan diringkus?

Tentu tidak!
Takaran kenyamanan, takaran ketentraman dan kedamaian menurut kita itu belum tentu sama dengan takaran yang Yesus pinta. Sehingga, kerangka ‘letih, lesu dan berbeban berat’ itu harus diletakkan sebagai efek yang muncul dan terjadi justru ketika kita berusaha untuk hidup di jalanNya.

Contoh paling mudahnya barangkali begini, di Australia, seorang ibu berhak memutuskan untuk mengaborsi janinnya jika pada minggu kesekian dokter menyatakan bahwa bayi dalam kandungannya punya peluang untuk terkena down syndrom.

Ada seorang kawan yang pernah mengalami hal serupa tapi ia memutuskan untuk terus bertahan karena ia tahu, meski negara memperbolehkannya tapi ia tahu dalam ajaran agama hal itu dilarang.

Di sisi lain, secara manusiawi, ia juga sadar betapa beratnya nanti menerima kenyataan kalau andai anaknya lahir dan apa yang diprediksi dokter itu benar.

Nah, segala ketidakmudahan itu, ketakutan, amarah, emosi dan segala macam yang terjadi karena kita memperjuangkan hidup untuk seturut kehendakNya itulah yang Yesus maksud sebagai ‘letih’, ‘lesu’ dan ‘beban berat’.

Jadi, mari kita datang kepadaNya dan kita akan diberiNya kelegaan.

Wait! Kelegaan atau solusi, Don?
Lega, kelegaan. Kita sudah tahu bahwa solusi atas persoalan hidup itu hanya satu: hadapi! Maka kita butuh kelegaan supaya bisa menghadapi penuh rasa lega bukan dengan rasa yang tidak tenang.

Untuk kawan-kawan yang ditindas, didesak dan merasa terancam bahkan ketika beribadah, apapun agama kalian, semoga kalian lega dalam memikul salib yang kita tanggung bersama-sama ini…

Oh ya, teman-teman, aku membuat survey/angket ?Kabar Baik?. Aku memerlukan feedback/saran/kritik terhadap serial Kabar Baik yang kuterbitkan setiap hari tahun ini. Silakan dilihat di sini. Terima kasih ya!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.