Kabar Baik VOL. 337/2016 ? Dua orang buta yang percaya

2 Des 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 2 Desember 2016

Matius 9:27 – 31
Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.”

Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya.”

Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: “Jadilah kepadamu menurut imanmu.”

Maka meleklah mata mereka. Dan Yesuspun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya: “Jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal ini.”

Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu.

Renungan

Mukjizat Yesus selalu menarik tapi kali ini aku tertarik pada kejadian yang mendahului terjadinya mukjizat itu sendiri.

Mataku terpaku pada kalimat awal bacaan “…dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata: ‘Kasihanilah kami, hai Anak Daud.'”

Bayangkan, dua orang buta berjalan mengikutiNya!
Perjuangan kedua orang itu amat berat. Mereka harus meyakinkan diri mereka sendiri tentang dua hal, pertama adalah jalan yang mereka ikuti itu adalah jalan yang benar. Kedua, orang yang mereka ikuti di jalan itu adalah orang yang benar pula.

Dan bagiku, ini adalah mukjizat pendahulu, mukjizat mula-mula yang terjadi sebelum Yesus menyembuhkan.

Bayangkan kalau mereka jatuh ke tepian jalan yang bersisian dengan jurang? Bayangkan kalau jalan yang mereka pilih itu salah? Dan bayangkan kalau mereka ternyata mengikuti orang yang salah?

Tapi kan mereka pasti nggak sendirian, Don! Ada yang menolong dan menuntun mereka supaya mereka ada di jalan dan supaya mereka tetap mengikuti Yesus.

Nah, itu justru lebih seru lagi!
Kenapa mereka bisa percaya pada si penolong yang kata kamu pasti ada di sisi-sisi dua orang buta itu?

Kenapa pula si penolong mau untuk menuntun? Bukankah lebih baik baginya untuk ngerjain dua orang buta itu saja? Pura-pura mengaku diri adalah Yesus yang mereka cari untuk mendapatkan keuntungan pribadi?

Itulah mungkin yang lantas membuat Yesus terheran-heran dan memerlukan diri untuk bertanya, “Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?”

Dan ketika mereka berdua menjawab bahwa mereka percaya, mereka pun sembuh. Iman mereka menyembuhkan dan Yesus memberi peneguhan dengan mukjizat itu sendiri.

Bagaimana dengan kita?
Kita sering mengalami kebutaan iman justru karena kita terlalu silau terpapar gemerlapnya zaman.

Kita dimanjakan dengan teknologi, hiburan dan hal-hal kemewahan duniawi lainnya dan hal itu memang sulit untuk dihindari semata karena hal-hal tersebut memang kita perlukan untuk memudahkan hidup.

Kalau kita masih bisa sadar terhadap misi hidup dan panggilan Allah, itu bagus. Tapi ada kalanya kita, saking tersilapkan mata, jadi sulit untuk melihat dan sadar apakah kita masih berada di jalanNya?

Hal yang perlu kita lakukan hanyalah pasrah dan terus mencoba berjalan, meraba, berpikir menggunakan akal budi seraya terus memohon belas kasihan daripadaNya.

Seperti halnya dua orang buta di atas, suatu saat nanti kita akan dicelikkan, akan diberi penglihatan dan selamat dari kebutaan yang kekal.

Syaratnya? Seperti yang Yesus tanyakan pada dua orang buta di atas, “Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?”

Percaya?

Oh ya, teman-teman, aku membuat survey/angket ‘Kabar Baik’. Aku memerlukan feedback/saran/kritik terhadap serial Kabar Baik yang kuterbitkan setiap hari tahun ini. Silakan dilihat di sini. Terima kasih ya!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.