Kabar Baik VOL. 336/2016 ? Iman tempe gembus

1 Des 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 1 Desember 2016

Matius 7:21, 24 – 27
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.

Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Renungan

Gembus adalah salah satu kata yang kerap diucapkan almarhumah Mama dulu, “Ah, Gembus!”

Ia berujar demikian utamanya saat mengomentari seseorang yang di awal bicaranya besar tapi pada prakteknya ‘hanya begitu’, orang yang pandai ber-teori, tapi implementasinya jauh panggang dari api.

Kenapa gembus? Adalah tempe gembus, tempe ‘hibrida’ yang dicampur dari kedelai dengan ampas-ampasan tahu sehingga meski bentuknya lebih besar daripada tempe biasa, ketika digigit, tempe gembus bagaikan kapas, bagaikan gabus, pemberi harapan palsu, PHP kata anak jaman sekarang…

Orang yang mengaku beriman tapi hanya berteriak-teriak menyerukan nama Tuhan tanpa tindakan nyata seperti yang disinggung Yesus dalam Kabar Baik hari ini ya sama halnya dengan tempe gembus itu tadi.

Dari luar kelihatan sangar. Bawaannya kitab suci segede gaban. Kalung rosarionya bergelantungan berhiaskan batu mahal dan berantai emas. Sedikit-sedikit bicaranya selalu melibatkan, “Puji Tuhan!” atau “Dalam nama Yesus!” tapi kelakukannya berkebalikan.

Pembantu rumah dihajar habis-habisan, dibuat tak berdaya karena harus bekerja siang dan malam. Menggelapkan pajak, nyogok aparat dan banyak hal lainnya…

Itulah iman tempe gembus! Iman yang tampaknya gede tapi dalamnya kosong, kalau orang jawa bilang, kopong!

Kalau seperti ini, kadang aku baru maklum kenapa ‘standard’ yang ditentukan Yesus tentang iman kita itu begitu kecil hanya sebiji sesawi ya karena hal-hal seperti ini ya…

Jadi? Tempe gembuskah kamu? Aku tak tahu dan sejatinya tak ada satupun yang berhak menilai kecuali Tuhan dan diri kita sendiri.

Jadilah tempe kedelai yang asli, yang singset, gurih dan tidak nge-PHP-in orang yang memakannya.

Duh kalau gini jadi kangen almarhumah Mama. Ia sebenarnya tak hanya jago ngomong, “Gembus!” ia juga pandai memasak tempe kedelai yang asli, digoreng kering, dihidangkan dengan cabe rawit disebelahkan dengan teh panas kental nan manis…

Bantu doa untuk ketenangan jiwanya di surga ya!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.