Kabar Baik hari ini, 29 November 2016
Lukas 10:21 – 24
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.”
Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.
Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”
Renungan
Salah satu tantangan hidup di negara sekuler nan maju seperti Australia, hampir semua hal minta dibuktikan secara indera dan teknologi.
Apa yang tak kamu lihat dengan mata, kamu hirup baunya lewat hidung, kamu dengar lewat telinga, kamu cecap lewat lidah dan kamu sentuh dengan kulit, berarti hal itu tidak nyata. Tapi meski kita mengaku bisa membuktikan dengan indera kalau sesuatu yang direpresentasikan dengan kata ‘apa’ itu tak mampu dibuktikan dengan teknologi, itu hanya akan menjadi mitos belaka.
Beberapa tahun silam, sama persis waktunya, kira-kira menjelang Natal seperti ini, salah satu kawanku bertanya, “Apakah Yesus itu nyata?”
Aku menjawab, “Iya. Kalau tidak, apa yang kita rayakan saat Christmas?”
“Kumpul dengan keluarga.”
“Bukan! Natal itu peringatan kelahiran Yesus!”
“Yesus itu mitos! Seperti halnya dewa-dewa Yunani, mereka juga mitos!”
Kalau yang nggak kuat mental barangkali akan langsung menganggap kawanku tadi adalah penista agama, sebagian lainnya mengangguk pada apa yang ia ucapkan, lalu pribadi yang semula begitu percaya kepadaNya mulai mempertanyakan imannya itu lantas pada akhirnya mundur dari deretan kursi-kursi di Gereja bergabung dengan mereka yang merasa nyaman untuk tak beragama dan kalau perlu tak bertuhan.
Bagiku Yesus itu nyata, tapi kalau kita ingin menjadikanNya sebagai mitos, Ia memberikan kebebasan itu kepada kita. Jadi kalaupun pada akhirnya kamu memilih untuk mem-mitos-kan Dia, bersyukurlah karena setidaknya kamu pernah menganggapNya nyata seperti yang dikatakan Yesus hari ini karena tak semua orang bahkan raja dan nabi yang mampu untuk melihat dan mendengarkan Dia.
Bagiku Yesus bisa ditemukan dimana saja.
Di deretan terdepan orang yang berdemo membela agama, Ia ada di sana untuk menyemangati selama yang mereka lakukan baik dan tak ditunggangi kebusukan…
Di meja operasi, Yesus tampak dalam upaya para dokter memperjuangkan kehidupan pasiennya.
Di meja tempat transaksi korupsi dilakukan, Yesus juga ada mencoba membisikkan untuk menawarkan cara yang lebih bermartabat untuk hidup ketimbang jadi maling nyolong duit rakyat…
Di tempat tidur istana, Yesus ada di sana menghibur hati seorang yang gundah memikirkan kemajuan negara dan rakyat.
Bahkan di lapangan tempat eksekusi mati dilakukan, Yesus ada di sana membesarkan hati yang tereksekusi bukan karena membela kesalahannya tapi karena Ia menyaluti kepasrahan diri dan tunduk tanda konsekuensi terhadap kesalahan yang pernah mereka perbuat terhadap hukum-hukum dunia.
Dan selama kita masih ada di dunia, sebenarnya tak ada yang lebih sejati dan nyata serta menjadi landasan bagi kehadiran Yesus di seluruh muka bumi selain yang terjadi dalam setiap perayaan Ekaristi. Saat Tubuh dan DarahNya diangkat imam hasil ubahan dari roti dan anggur pada saat konsekrasi, Yesus hadir di tengah umatNya.
Don! Don! Eling, Don! Itu cuma simbol Yesus, Don! Itu cuma roti dan anggur!
Kok bisa?
Jelas-jelas matamu melihat dan lidahmu mencecap itu ya roti dan ya anggur. Dijamin deh, coba diperiksa di laboratorium, itu roti dan anggur!?
Nah, benar, kan… Panca indera dan teknologi adalah segalanya. Begitu?
0 Komentar