Kabar Baik VOL. 327/2016 ? Nabi palsu dan nabi yang tidak palsu lagi

22 Nov 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 22 November 2016

Lukas 21:5 – 11
Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus:

“Apa yang kamu lihat di situ?akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”

Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: “Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?”

Jawab-Nya: “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.

Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”

Ia berkata kepada mereka: “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.

Renungan

Salah satu tanda akhir jaman adalah semakin banyaknya nabi palsu yang berkeliaran.

Apakah ciri seorang nabi palsu? Yesus memberikan tanda yang gamblang terang benderang, mereka datang memakai namaNya dan berkata, “Akulah Dia!”

Tapi membedakan antara nabi palsu dan mereka yang berada di jalur Allah itu sejatinya tak pernah mudah.

Kenapa? Karena seorang nabi palsu pun, mereka juga sama-sama manusia seperti kita. Mereka adalah citra dan gambaran Allah juga yang mengenal hukum-hukum dan ketetapan Allah. Coba bayangin kalau nabi palsu adalah sebatang pohon atau seekor kepiting atau ikan hiu, pasti kalian lebih mudah untuk membedakan mana yang nabi palsu dan mana yang bukan, toh?

Saking sulitnya membedakan, kita jadi mudah terperangkap dan sekalinya terperangkap dan merasa bisa berhasil, tak jarang dari kita justru terperangkap dalam penghakiman; kita jadi mudah menghakimi orang lain sebagai nabi palsu seolah kita adalah nabi yang tak palsu!

Bagaimana kalau ternyata orang yang kita tuduh nabi palsu itu ternyata bukan seorang nabi palsu?

Bagaimana kalau ia ternyata orang yang berada di jalurNya?

Bagaimana juga kalau seseorang yang pernah memperdaya kita lalu mereka akhirnya bertobat dan sudah menjadi ‘nabi yang tak palsu’ lagi lalu mengajak kita lagi untuk bergabung tapi kita tak percaya serta mengadili?

Waduh! Berat amat, Don! Kalau gitu mesti gimana?

Kawan, jaman memang semakin berat dan semuanya sudah disuratkan untuk menjadi demikian adanya dan tantangan kita sebagai umat Allah yang mencoba untuk setia juga kian terbuka.

Hal terpenting menurutku sebenarnya bukan pada menghindari nabi-nabi palsu itu tapi justru dengan berpegang pada ketetapan-ketetapan Allah menurut gereja yang dibangunNya sendiri, Gereja Katolik.

Ketika pada akhirnya kita terjebak oleh tipu daya mereka, berusahalah untuk sadar dan bangkit serta pelajarilah tak hanya bagaimana supaya kita tak terjebak lagi tapi bagaimana kita bisa punya naluri tajam ketika diri kita mulai terjebak.

Kupikir hal ini lebih penting ketimbang kita jadi asal main tolak terhadap mereka yang kita anggap nabi palsu. Tak hanya karena resikonya kita bisa dibawa ke muka pengadilan dengan dalih pencemaran nama baik, tapi juga karena takutnya kita sendiri yang akhirnya jatuh untuk menjadi nabi palsu karena kita sok tahu…

Eh, Don… kamu tadi bilang supaya kita berpegang pada ketetapan-ketetapan Allah menurut Gereja Katolik. Memangnya kamu yakin di dalam lingkungan gereja sendiri tak ada nabi palsu?

Errr…. oh gitu ya? Lantas gimana dong?

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.