Kabar Baik hari ini, 17 November 2016
Lukas 19:41 ? 44
Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: ?Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.
Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.?
Renungan
Drama ?Ahok? memasuki babak baru, ia resmi dijadikan tersangka terkait kasus dugaan penistaan agama padahal pada saat yang bersamaan ia sedang fokus pada pemilihan gubernur DKI, 2017 mendatang.
Social media pun bergejolak dan gaduh membela. Aku membayangkan mungkin kalau diukur tingkat kegaduhannya sama dengan yang terjadi saat ratusan ribu massa turun pada 4 November 2016 lalu untuk menuntut yang sebaliknya. Hanya bedanya yang satu berani berpanas-panas dan berkeringat turun ke jalan sehari-harian di depan Istana sementara yang satunya lagi ?hanya? berani turun lewat social media, memainkan jempol dan jari di atas pad sambil ongkang-ongkang kaki.
Kabar Baik hari ini tidak akan bicara tentang Ahok, tapi drama yang berlarut-larut ini membuatku mengaitkannya dengan apa yang terjadi pada Yesus hari ini.
Amat jarang Yesus menangis tapi kali itu Ia menangisi Yerusalem.
Kenapa Ia menangis?
Karena sebagai Anak Allah, Yesus tahu betul apa yang akan terjadi pada kota itu. Ia ?melihat? betapa kota itu akan dihancurkan hingga rata dengan tanah karena tak satupun batu dibiarkan berdiri di atas batu yang lainnya. Ia juga tahu bahwa untuk itu, hal terpenting adalah supaya penduduk kota itu tahu apa yang perlu untuk damai dan sejahtera.
Apa yang akan terjadi jika Yesus melihat Jakarta atau kota-kota dan provinsi lainnya di Indonesia yang akan digelari Pilkada serentak Februari 2017 mendatang? Pemimpin-pemimpin baru akan dipilih dan pertaruhan tentang bagaimana membuat kota dan provinsi menjadi lebih baik dari sebelumnya akan pula dipertaruhkan.
Akankah Ia menangis?
Akankah Ia sudah kering air mata karena sudah sekian lama tak bisa menghentikan tangis?
Akankah Ia tersenyum karena ratapanNya akan berubah jadi kemenangan tak lama lagi?
Atau? jangan-jangan Ia merasa biasa saja padahal kita gaduhnya sudah sampai taraf luar biasa?
Kita tak tahu dan sejatinya kita tak perlu tahu.
Hal yang perlu kita tahu justru bagaimana memastikan diri ini memberi andil dan peran untuk semakin hari semakin mengerti apa yang diperlukan untuk damai dan sejahtera bagi seluruh warga, bukan sebagian warga saja, bukan yang miskin saja, bukan yang kaya saja.
Hal tersebut adalah kasih. Kasih yang menjadi simbol kehadiran Tuhan dalam setiap lini hidup. Kasih yang mempersatukan, kasih yang membawa damai sejahtera bagi sesama, bagi seluruh warga tak hanya yang kaya saja, tak hanya yang miskin saja.
Sebagai warga negara, kita tentu patut mendukung gelaran Pilkada tapi kita harusnya juga tak lagi peduli ketika sang pemenang ditentukan karena siapapun yang dipilih nantinya ia dan pasangannya hanyalah manusia biasa yang perlu dukungan dalam tindakan nyata dari warganya termasuk kita.
Jadi? Selamat menyambut kampanye dan pilkada serentak, Indonesia.
Jangan membabi terlalu buta membela pasangan idola kita meski ia sama agama, sama suku dan tampak baik selama ini. Kebutaan itu hanya akan membuat kita tak bisa melihat lagi secara jernih apa yang sejatinya kita perlukan, apa yang seharusnya kota-kota itu perlukan?
Salam jari-jari!
0 Komentar