Kabar Baik hari ini, 21 November 2016
Lukas 12:1 – 4
Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”
Renungan
Hal yang paling menarik setiap kali membaca Kabar Baik ini adalah, apakah Yesus meminta kita untuk berlaku sama dengan janda miskin itu? Memberikan dari kekurangannya, memberikan dari seluruh nafkahnya?
Tidak!
Ia hanya memberi contoh dan memberi kejelasan tentang persembahan, mana yang lebih banyak yang sebenarnya diberikan di antara kedua orang tersebut, orang kaya atau janda miskin.
Kalaupun pada akhirnya memilih untuk melakukan seperti yang dilakukan janda miskin, bolehkah? Boleh saja! Tentu amat bagus! Tapi pertanyaannya sekarang, seluruh nafkah diberikan kepada gereja secara literal? Membayangkan kamu dengan gaji puluhan jutamu mendatangi gereja, meminta nomer rekening gereja tersebut lalu mentransfer seluruh gajimu?
Lantas kamu makan apa?
Nggak perlu, Don! Tuhan pasti akan memberi gantinya.
Bagaimana dengan anak-anak dan istrimu?
Nggak perlu juga, Don! Mereka pasti mengerti tindakanku dan mereka juga sama percayanya denganku bahwa Tuhan akan memberi gantinya.
Bagaimana dengan tagihan-tagihanmu? Kartu kredit, telepon listrik bulanan, gaji pembantu dan lain sebagainya? Bagaimana kalau mereka tak mengerti tindakanmu, bagaimana kalau Tuhan tak memberi gantinya karena Ia tahu kamu pamrih dan sedang mencobaiNya?
Lalu bagaimana sikap terbaik dalam membaca Kabar Baik hari ini? Ada tiga hal yang kucatat yang bisa dijadikan inti.
Miskin, memberi, seluruh nafkah.
Tentang miskin, Kita harus punya semangat untuk miskin seperti janda itu. Janda itu kubayangkan sebenarnya ia bisa saja kaya, tapi ia memilih untuk tetap miskin dengan menyalurkan nafkahnya kepada Tuhan. Kelimpahan hanyalah tanda bahwa ada yang harus dibagi dari kelimpahan itu, seluruh kelimpahan itu.
Tentang memberi, apakah orang kaya yang memberikan sumbangan dalam Kabar Baik ini salah? Tidak! Ia hanya dinyatakan kalah dalam jumlah pemberian dibandingkan si Janda miskin. Artinya, mau kamu kaya atau miskin, kamu tetap harus memberi!
Tentang keseluruhan nafkah? Yup! Kita harus memberikan seluruh nafkah kita!
Duh kok ke sini lagi, Don?
Yup, memang ke sini lagi tapi dalam paradigma yang baru. Paradigma bahwa kita bebas untuk memberikan sebagian atau seluruh nafkah kita pada gereja tapi kita wajib untuk memberikan segalanya kepada Tuhan yang tak terbatasi oleh apapun juga oleh dinding gereja.
Artinya? Kalau kamu menjadi pastor, tentu seluruh nafkahmu diberikan pada komunitasmu entah itu gereja atau komunitas imam tempatmu mengabdi.
Kalau kamu menjadi seorang yang belum menikah, kamu ditantang untuk memberikan seluruh nafkahmu untuk Tuhan melalui bantuan sosial yang kamu berikan untuk sesama, bantuan untuk orang tua dan saudara yang kekurangan dan juga untuk dirimu sendiri. Untuk makan, untuk segala kebutuhan kita, bukan keinginan.
Kalau kamu menjadi seorang yang sudah menikah? Kamu ditantang untuk memberikan seluruh nafkahmu untuk Tuhan melalui ‘gereja kecil’ yang diresmikan Tuhan yaitu keluarga kita itu!
Kuncinya adalah pada bagaimana kita mengoptimalkan apapun, tak hanya nafkah, tapi juga diri kita untuk kemuliaan Allah yang lebih besar. Itulah semangat janda miskin. Ia tak menyisakan satu keping pun hartanya untuk berfoya-foya, ia memberikan semuanya, semuanya bagi Tuhan.
Kamu? Kita? Begitu juga? Aku sih belum jadi kalau kamu juga belum bisa memberi semuanya, yuk barengan mengusahakannya sekarang juga!
0 Komentar