Kabar Baik VOL. 309/2016 ? Berani berubah?

5 Nov 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 4 November 2016

Lukas 16:1 – 8
Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya.

Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.

Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu.

Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.

Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku?

Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan.

Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.

Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.

Renungan

Kabar Baik hari ini adalah salah satu kabar yang tak mudah untuk ditelaah meski kesulitan ini tak membuat kadar kabar ini lantas jadi tak sebaik kabar-kabar baik sebelum-sebelumnya.

Persoalannya satu, kenapa Tuan itu memuji bendahara yang meski cerdik tapi tak jujur itu?

Bukankah Si Tuan hendak memecatnya?
Apakah Yesus sedang memainkan peran sinis terhadap kisah itu seolah-olah memuji padahal sejatinya sedang menjatuhkan atau… bagaimana?

Tapi setelah membaca renungan dari Kabar Baik yang sama yang disajikan Romo A. Gianto SJ, seorang padri Jesuit yang adalah profesor Filologi Semit dan Linguistik di Pontificum Institutum Biblicum, Roma, aku mendapatkan penerang.

Si Bendahara itu kemungkinan besar dinyatakan bersalah karena korupsi. Ia mengambil laba dari penjualan lima puluh tempayan yang di-mark up jadi seratus dan delapan puluh pikul gandum yang di-mark up jadi seratus.

Baru setelah diancam tuannya dan membayangkan betapa berat hidupnya jika harus dipecat dan mencari pekerjaan baru yang tak disukai, si bendahara lantas memilih jalan benar, mengembalikan semua transaksi ‘fiktif’ nya, dari yang seratus dijadikan lima puluh, yang seratus lainnya jadi delapan puluh.

Perubahan sikap inilah yang dikatai Yesus sebagai sebuah bentuk kecerdikan karena ia mau berubah dalam situasi kritis; diancam tuannya, lalu berubah!

Beberapa hari terakhir aku larut dalam tontonan film yang kuakses secara online streaming, Narcos judulnya. Serial yang diunggah perusahaan Amerika, Netflix, itu bercerita seputar Pablo Escobar, salah satu gembong narkotika terbesar yang pernah ada di dunia.

Pada saat-saat terakhir hidup Pablo, Tata, istrinya, menyarankan untuk menyerahkan diri kepada polisi.

Tata berpikir, jika Pablo tak menyerah, ia bisa mati ditembak polisi, tapi jika menyerah, ia memang mungkin akan menghabiskan umur di balik penjara mengingat kejahatannya. Sama-sama tak menyenangkan tapi setidaknya jika ia menuruti permintaan Tata, kesempatan untuk bertemu anak-anak, istri serta ibunya terbuka lebar.

Tapi pada akhirnya Pablo tak menyerah lalu mati ditembak polisi tak lama setelah percakapan dengan istrinya itu terjadi.

Mari kita berubah saat kita tahu dan sadar bahwa dosa dan ancaman kematian kekal dalam panas neraka itu bisa dihindari selama kita masih diberi waktu, punya semangat dan keberanian untuk berubah. Kita harus berani secara ekstrim berubah ketika perubahan itu membwa kita jadi semakin dekat padaNya.

Jangan seperti Pablo yang tak menyerah, jangan pula seperti para koruptor yang tak berhenti nyolong hingga dicokok KPK! Bersikaplah seperti bendahara yang meski tak jujur tapi tahu diri dan berani untuk berubah.

Kamu berani juga? Yuk! Mari sama-sama memberanikan diri!

Di bawah ini adalah link menuju ke laman Facebook yang memuat pendapat Romo A. Gianto yang di dalamya kujadikan landasan dari penulisan Renungan Kabar Baik hari ini.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.