Kabar Baik VOL. 305/2016 ? Berbuat baik demi pamrih kepada Tuhan?

31 Okt 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 31 Oktober 2016

Lukas 14:12 – 14
Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: “Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.

Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.

Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”

Renungan

Kabar Baik yang amat tegas nan jelas, ketika kita berbuat baik, jangan menuntut balas saat itu juga. Bahkan demi murninya motivasi dan sucinya niat, target kebaikan pun kalau bisa yang miskin dan tersingkir serta menderita supaya mereka tak bisa membalas dan Tuhanlah yang akan membalas kebaikannya pada hari kebangkitan orang-orang benar.

Ada yang salah? Tentu tidak karena sabda Yesus itu ya dan amin!

Tapi di jaman yang ‘tak biasa’ seperti sekarang ini, hal dan nilai-nilai telah menyelaras dalam hidup kita selama ini jadi sesuatu yang tak tabu untuk dipertanyakan.

Pertanyaan mereka biasanya begini, “Kalau surga dan neraka tak pernah ada, apakah kamu masih mau berbuat baik?”

Atau yang lebih runcing lagi, “Kamu tak pamrih pada manusia tapi kamu pamrih pada Tuhan! Apa bedanya tak menuntut balas sekarang tapi mengharapkan balasan di hari akhir nanti?”

Nah! Mau jawab apa?
Aku pernah ‘dibegitukan’ dan jawabanku begini, Surga dan neraka itu ada, karena mereka bagian dari iman, kita tak bisa hidup tanpa iman.

Mengenai pamrih, jelas kita tidak pamrih.
Pamrih itu tentang hal yang kita hendak lakukan demi hal lain yang akan kita terima. Misalnya kita menolong cewek cantik yang terhuyung-huyung saat jalan di selasar mall. Kita bawa dia ke rumah sakit, pamrihnya ternyata supaya si cewek itu naksir pada kita, terpana pada kebaikan kita.

Kita membelikan bingkisan Natal dalam ukuran gaban ke atasan kita, pamrihnya supaya di kenaikan pangkat tahun depan kita menang dibandingkan mereka yang memberikan bingkisan Natal yang sedang-sedang saja ukurannya.

Tapi dalam hal perbuatan baik, kita tidak pamrih!

Kenapa? Pertama karena Yesus sendiri, Anak Allah yang menganjurkan demikian seperti ditulis Lukas hari ini.

Kedua, Keselamatan dan kebangkitan kita itu sudah dimateraikan, sudah ditandai, sudah dilakukan bahkan sejak sebelum kita lahir, sebelum kita ada.

Seperti halnya seorang Ayah yang menelpon kita, “Kamu baik-baik di sana, belajar yang rajin dan nggak usah berharap hadiah di sana karena Ayah sudah membelikan hadiah terbaik, sebuah motor sport baru untukmu, nanti kau ambil ketika pulang liburan Natal!”

Mana mungkin kita bisa bilang pamrih kalau kita sudah mendapatkannya di muka, kan?

Apa yang justru sebaik-baiknya kita lakukan di dunia ini adalah untuk membayar, untuk membalas apa yang hendak kita terima nantinya.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.