Kabar Baik VOL. 303/2016 ? Mungkin

29 Okt 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 29 Oktober 2016

Lukas 14:1, 7 – 11
Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.

Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:

“Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah.

Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.

Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Renungan

Hal terpenting dari Kabar Baik hari ini ada pada kata ‘mungkin’ dalam kalimat

Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.

Kenapa? Setidaknya menurutku, tanpa kata ‘mungkin’, kalimat itu akan terbaca salah yaitu bahwa Tuan Rumah pasti akan datang dan mempersilakan kita untuk duduk di depan lalu kita menerima hormat di depan mata tamu yang lain.

Padahal belum tentu demikian, namanya juga mungkin, kan?

Tapi kita kadang tak hirau sehingga ketika kita terbiasa duduk di belakang, merendah dalam banyak hal dengan harapan supaya kita dipanggil maju ke depan, diunggul-unggulkan tapi ternyata hingga akhir acara ia tak mengundang kita sama sekali seolah kita memang pantas duduk di sana… ada yang marah, tersinggung dan menganggap tuan rumah sebagai orang yang tak punya ‘waskita’, tak jeli, tak bisa ‘membaca suasana’.

Itulah false humility alias perendahan diri ‘palsu’. Perendahan diri yang dilakukan hanya karena berharap ia akan ditinggikan.

Kita sering terjebak dalam hal ini.
Untuk itulah cara terbaik menghindari false humility adalah dengan cermat serta jeli bahwa ada kata ‘mungkin’ di kalimat yang kutera di atas.

Mungkin sejatinya kamu besar, mungkin sejatinya kamu hebat, tapi tetaplah merendah sambil menunggu panggilan dan pengakuan bahwa kamu memang tidak kecil dan tidak rendah sama sekali.

Tapi kalau kamu tak dipanggil-panggil, jangan sok cari pengakuan dari yang tak berhak untuk memberikan pengakuan karena sejatinya hanya Tuhan yang berhak meninggikan dan memenangkan. Bukan diri kita sendiri apalagi orang lain.

Simak tulisanku dan vlog tentang False Humility di sini.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.