Kabar Baik VOL. 294/2016 ? Ketika pernikahan usai justru karenaNya?

20 Okt 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 20 Oktober 2016

Lukas 12:49 – 53
“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!

Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!

Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan.

Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga.

Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.”

Renungan

Harapan Yesus untuk membuat api yang dilemparkanNya ke dunia menyala kesampaian sudah!

Badu, katakanlah demikian namanya, hanya bisa termenung dan tersenyum getir mengingat bagaimana dulu kawan-kawan dekatnya yang datang ke pemberkatan sakramen pernikahannya dengan Wati, anggap demikian juga, ramai-ramai berseloroh menyambut ajakan pastor untuk berseru, “Apa yang dipersatukan Allah, jangan diceraikan manusia!”

Semua berawal karena Wati tak tahan hidup sederhana. Padahal karir dan gaji Badu tak buruk-buruk amat. Ia menjabat kepala bidang sebuah bank BUMN. Tak hanya itu, untuk mencukupi hasrat glamor Wati, ia juga berusaha membuka usaha warung kecil-kecilan hasil patungan bersama beberapa kawan sekantornya.

Tapi tetap saja, rengekan Wati meminta ini itu, berlibur ke luar negeri, makan makanan ala chef eropa dan beli baju serta perhiasan serba ‘blink-blink’ lebih kencang arusnya ketimbang arus air kakus penyentor tinja!

Sebenarnya bukannya tak bisa juga kalau Badu menilep uang dari brankas kantor. Dengan jabatannya, ia punya kuasa untuk mengatur supaya tak ketahuan. Urusan ketahuan itu urusan belakangan karena semuanya bias diatur dengan beberapa ‘orang belakang’.

“Tapi aku takut ketahuan Tuhan, Ma!” tandasnya pada Wati malam itu.

Wati berkeras. Ia menukik tajam, menempatkan Badu di persimpangan yang tak mengenakkan dengan berkata, “It’s ok, Pa! Kamu nggak perlu korupsi kalau memang nyalimu gak berani kok… Tapi aneh aja… kalau gak berani bikin istrimu ini bahagia kenapa dulu sok punya nyali ngelamarku?”

Badu tercekat tapi ia tak menyerah. Jalannya lurus, selurus pikirnya. Ia tetap memilih tak korupsi. Sebaliknya, ia mengusahakan dua hal: bekerja keras dan mencoba meyakinkan istri bahwa semua kenikmatan itu perlu waktu.

Tapi sayang, semuanya gagal… Wati sudah tersilap kilaunya harta, memilih berbagi ranjang dengan istri tua seorang pengusaha kaya meninggalkan Badu dan kedua anak-anak mungilnya.

Yesus memang membawa perpecahan di dunia ini semata karena manusia sudah terlalu lama dipersatukan kuasa dan nafsu jahat bersalut keindahan duniawi.

Jadi, nggak usah kaget membaca Kabar Baik hari ini dan tak usah dijadikan polemik karena membayangkan dunia tanpa perpecahan justru adalah dunia kematian atau dunia yang abadi karena kematian menyisakan kebekuan dan keabadian itu melucuti nafsu dan kedap hawa setan.

Nah, karena kita belum mati dan belum juga abadi, sudahkah kamu menilik percikan api yang dilemparkan Yesus ke dalam hatimu?

Sudahkah kamu terbakar untuk tetap melawan nafsu dan keduniawian itu? Lawanlah seperti cara Yesus melawan. Dengan api kasih yang memecah kebekuan, menyinari permukaan yang sebelumnya gelap dan kelam.

Yuk!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.