Kabar Baik VOL. 291/2016 ? Ketamakan dan hakikat ilmu ruang

17 Okt 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 17 Oktober 2016

Lukas 12:13 – 21
Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.”

Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?”

Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”

Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.

Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.

Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.

Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!

Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?

Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”

Renungan

Ketamakan itu erat kaitannya dengan penguasaan ilmu ruang; ia bicara tentang ruang dan isi.

Si orang kaya dalam kisah ini adalah orang yang tamak. Ia punya hasil kekayaan yang berlimpah. Saking berlimpahnya, ia kehabisan tempat penyimpanan dan akhirnya lumbung-lumbung pun dirombak jadi tempat penyimpanan kelimpahan hartanya.

Kenapa ia melakukan semua itu? Karena jiwanya. Jiwanya akan merasa senang, tak haus dan tak kelaparan saat harta duniawinya berlimpah-ruah.

Aku selalu percaya orang bisa hidup dengan harta yang secukupnya.?Ketika seseorang diberi kelimpahan harta dan rejeki, ia sedang diharapkan Tuhan yang empunya segala kelimpahan itu, untuk membagikannya kepada sesama yang ruang-ruang pundinya kosong atau tak sepenuhnya cukup.

Ketika pada akhirnya kita memilih untuk membangun ruang-ruang itu dalam lingkup kita sendiri, itu adalah pilihanmu, pilihan untuk menjadikanmu tamak.

Ah, omong kosong! Lagipula kalau Tuhan itu Maha Tahu dan Maha Mampu, kenapa Ia tak langsung memberikan ke mereka yang berkekurangan, yang ruang-ruangnya masih kosong? Kenapa harus lewat kita?

Hehehehe.. Kawan, hidup ini tak melulu soal apa yang seharusnya terjadi! Karena kalau hukumnya demikian aku tak yakin aku seharusnya masih hidup atau tidak karena salah dan dosaku. Hidup ini kadang justru tentang bagaimana kita ikut serta dalam membuat segala hal yang baik itu terjadi.

Coba tengok Bill Gates dan Mark Zuckerberg. Mereka orang-orang terkaya di planet ini tapi mereka menyisihkan begitu banyak harta yang ia terima untuk membantu orang-orang yang kekurangan di seluruh penjuru dunia.

Mereka bisa saja berpikir seperti yang kamu pikir yaitu bahwa Tuhan Maha Mampu, kalau mau membantu orang-orang miskin di Burma atau di Afrika, kenapa nggak langsung memberikan kepada mereka? Kenapa lewat Mark dan Bill dan banyak orang-orang kaya yang baik hatinya?

Ok, kalau begitu nanti aku akan melakukan hal yang sama ketika aku sudah sekaya Bill dan Mark!

Kalau memang demikian, kita sejatinya tak’kan pernah sampai pada taraf mereka. Bukannya tak mungkin tapi karena bahkan ketika kita sudah ada di level mereka, kita tak kan pernah merasa sudah cukup kaya seperti keduanya.

Semua itu berasal dan bersumber dari jiwa.
Tentang bagaimana kita memandang jiwa yang ruang-ruangnya kosong dan bagaimana harusnya ia bisa terisi. Orang yang tamak akan kenyang jiwanya ketika ia punya kelimpahan harta untuk mengisi ruang-ruang dan membangun ruang-ruang kosong yang baru. Orang yang benar akan kenyang jiwanya ketika ia merasa dekat denganNya dan kedekatan itu adalah segalanya. Dekat dengan Tuhan adalah jaminan kita kaya di hadapanNya termasuk jaminan kecukupan harta yang bisa kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam peziarahan di dunia ini…

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.