Kabar Baik VOL. 274/2016 ? Kita adalah gerbong-gerbongNya

30 Sep 2016 | Cetusan, Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 30 September 2016

Lukas 10:13 – 16
“Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.

Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.

Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!

Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.”

Renungan

Waktu kecil dulu, dari tahun 1984 hingga 1993 aku tinggal bersama Papa, Mama dan adik di Kebumen, Jawa Tengah.
Kebetulan karena waktu itu Papa adalah seorang muslim, sementara kami, aku, Mama dan adik menganut Katholik, maka setiap Lebaran kami berempat pergi ke rumah Eyang dari pihak Papa di Blitar, Jawa Timur, lalu baru menjelang akhir tahun, kami pergi ke Klaten, rumah Eyang dari pihak Mama di Klaten merayakan Natal.

Saat belum punya mobil, setiap pergi kami selalu menggunakan jasa kereta api dan itu sebenarnya momentum yang amat tidak menyenangkan bagiku.?Aku takut kotor, jadi sebelum naik ke gerbong, aku selalu meminta Mama dan Papa untuk naik dulu bersama Chitra, adikku, untuk ngecheck apakah gerbongnya bersih atau enggak.

Kalau bersih, mereka lantas kembali ke pintu dan bilang, “Gerbong-e resik, Le! Ayo munggah! (Gerbongnya bersih, Nak. Ayo naik!)” lalu aku naik.

Honestly, saat aku menulis barusan di atas, rinduku jatuh pada Papa dan Mama yang sudah dipanggil Tuhan. Mohon doa untuk ketenangan jiwa mereka ya, kawan-kawan…

Mungkin kalian bertanya, “Kalaupun gerbong yang kamu naiki kotor, kan kamu bisa pindah ke gerbong lainnya yang siapa tahu lebih bersih?”

Betul, tapi biasanya kalau sudah sekali naik di gerbong kotor, untuk pindah ke gerbong lainnya aku ogah karena aku berpikir gerbong yang ini aja kotor, gimana gerbong yang lain? Berapa orang yang berpikiran sama dengan kalian, bahwa ketika gerbong yang dinaiki tak bersih lalu pindah? Bukankah mereka juga akan membikin kotor di tempat yang mungkin pada awalnya memang lebih bersih dari gerbong ini?

Penggalan akhir Kabar Baik hari ini membuatku berpikir tentang rangkaian kereta api. Yesus adalah lokomotifnya dan kita gerbong-gerbongnya. Bersih-tak-bersihnya gerbong membuat orang berpikir untuk naik atau mengurungkan niatnya lalu mengambil kereta atau moda transportasi lainnya.

Apa yang kita representasikan, sayangnya langsung diasosiasikan dengan apa yang kita ikuti. Maksudnya? Apa yang didengar dari kita selalu diasosiasikan dengan apa yang didengar dari Ia yang kita ikuti. Apa yang lantas dijadikan bahan pertimbangan untuk menolak terhadap kita, adalah juga penolakan terhadap Yesus. Menolak Yesus berarti menolak Allah yang bertahta di Stasiun Akhir bernama Surga, tempat rangkaian kereta api akan berhenti.

Lha kalau begitu salah mereka yang nggak mau mendengar dan menolak kita dong, Don?

Iya, ada benarnya juga. Tapi bagaimana kalau kotornya gerbong kita lantas dilaporkan pada Sang Masinis lokomotif lalu Sang Masinis mengirimkan petugas untuk menginspeksi keadaan gerbong dan ketika menyadari bahwa gerbong kita memang amat kotor lalu Sang Masinis memutuskan untuk meninggalkan gerbong lalu terus melaju meninggalkan kita?

Jadi? Mari bersih diri dan selalu mematut dalam pikir, kata dan perbuatan terhadap sesama karena kita adalah gerbongNya…

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.