Kabar Baik hari ini, 19 September 2016
Lukas 8:16 – 18
“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.
Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.
Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.”
Renungan
Seberani apa kamu menunjukkan identitasmu terkait keyakinan atau agama?
Perkara menunjukkan identitas, sedikit banyak kita bisa belajar dari kaum muslim. Mereka tak malu dan penuh antusias mengakui, “Saya muslim”, sebaliknya, ada banyak orang kutemui dan untuk bilang “Aku kristen” atau “Aku katolik” harus melalui beberapa fase pembicaraan nan panjang sebelum akhirnya bilang, “Aku juga ke gereja kok Bro tiap minggunya…” atau “Yuk, cari babi panggang!” sambil setengah berbisik.
Alasan-alasan untuk tidak menampilkan identitas itu biasanya ada tiga.
Pertama, “Agama itu kan urusan kita dengan Tuhan, Don!”
Benar, tapi hati-hati menggunakan alasan ini karena sekalinya kamu terpeleset, alih-alih dibilang “Jawabanmu cerdas!” atau “Dewasa banget kamu dalam beriman!”, kita malah tampak pongah dan egois dengan mengemukakan alasan itu. Persis seperti yang Yesus katakan pada Kabar Baik hari ini. Apa gunanya punya lampu/lentera/pelita jika tak dipasang di atas tiang (kaki dian)? Kalau ia hanya ditutup tempayan atau ditaruh di bawah tempat tidur?
Maka, jadilah terang karena kita semua berasal dari Tuhan, Sang Maha Terang.
Kedua, “Ah percuma kalau kita mengaku jadi orang kristen tapi kelakuan kita biasa bahkan cenderung buruk!”
Nah, ini lebih egois lagi! Apa yang kamu nyatakan barusan itu bisa terbaca sebagai, “Oh, jadi kalau kamu nggak ngaku orang kristen maka kamu berhak dan leluasa melakukan hal buruk?”
Ketiga, “Kalau mau menunjukkan identitas. bukankah lebih penting menunjukkan karya?”
Betul, tapi lebih tepat kalau menunjukkan keduanya: karya dan identitas. Kenapa? Setiap karya baik yang kita hasilkan tidak pernah bersumber dari diri kita sendiri. Karya baik berasal dari sumber segala kebaikan yaitu Tuhan. Sehingga, menunjukkan identitas dalam konteks ini sekaligus memaklumkan bahwa “Hey, ini bukan aku yang ngerjain. Aku hanya alatNya. Dia yang bekerja di dalamku dan membuat semuanya ini jadi mungkin dan terjadi!”
Meski identitas memang membawa konsekuensi mulai dari dikucilkan hingga dihilangkan, tapi sejatinya hidup ini pun penuh konsekuensi. Ketakutanmu terhadap konsekuensi yang mungkin muncul tidak akan menghapuskan sedikitpun daripadanya.
Bayangkan lampu atau lentera tadi. Kalau ada orang tak suka, bisa saja lentera itu dilempar batu hingga pecah lalu jatuh dan padam. Tapi bukankah lebih baik berarti lalu mati ketimbang menyimpan lentera di dalam ember atau di bawah tempat tidur? Ia terang benderang tapi tak ada gunanya sama sekali sepanjang umurnya.
Itukah kamu? Tentu bukan! Jadi, ayoh tampil! Tunjukkan karya dan identitasmu! Tunjukkan terangNya melalui dirimu!
0 Komentar