Kabar Baik Hari Ini, 26 Januari 2017
Markus 4:21 – 25
Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.
Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.
Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”
Lalu Ia berkata lagi: “Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.
Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”
Renungan
Aku ingin membuka renungan hari ini dengan mengambil apa yang pernah dicatat Raden Ngabehi (R. Ng) Ranggawarsita, pujangga Jawa dari Keraton Surakarta.
Dalam tulisan yang diberi tajuk Serat Kalathida, pada salah satu penggalannya, beliau menulis ini:
Amenangi jaman edan,
ewuh aya ing pambudi,
melu edan ora tahan,
yen tan melu anglakoni,
boya kaduman melik,
kaliren wekasanipun,
dilalah karsa Allah,
begja-begjane kang lali,
luwih begja kang eling lawan waspada.
Dalam Bahasa Indonesia, terjemahan praktisnya kira-kira demikian,
Menghadapi jaman edan itu merepotkan.
Ikut jadi edan rasanya nggak sampai hati, tapi kalau tidak mengikuti ya nggak dapat apa-apa kecuali rasa lapar.
Tapi sudah jadi kehendak Tuhan bahwa bagaimanapun juga walau orang yang edan itu bisa mendapatkan segalanya, tapi masih lebih bahagia adalah orang yang senantiasa ingat dan waspada.
Aku ingin menghubungkan surat tersebut dengan Kabar Baik hari ini!
Kok bisa? Kaitannya apa?
Kaitannya bertumpu pada eksistensi kita sebagai orang yang mengaku murid Yesus.
Dalam Kabar Baik hari ini, Yesus dengan tegas berkata bahwa tak ada gunanya bagi sebuah pelita jika ia disembunyikan di bawah tempat tidur. Pelita harus ditaruh di atas kaki dian supaya menjadi terang bagi sekitarnya.
Kita adalah anak-anak terang dan bagi anak terang, menurut Santo Paulus dalam surat yang ia sampaikan pada umat di Filipus (Fil 5:8 – 9), buah dari terang hanya ada tiga: kebaikan, keadilan dan kebenaran.
Jadi? Jaman yang kian edan ini membuat kita harusnya semakin tertantang. Tertantang untuk terus menjadi terang yang membuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran atau sebaliknya, memadamkan bara lalu larut dalam gelap dengan tak mengindahkan lagi ketiga buah terang tadi.
Tetaplah menjadi terang!
Jangan ikut-ikutan edan meski kalau kamu tidak ikut edan kamu tidak akan kebagian.
Jangan memilih untuk edan karena sebahagia-bahagianya orang edan di jaman edan, lebih membahagiakan mereka yang tetap ingat dan waspada.
Apa yang diingat? Hakikat diri kita yang adalah anak terang.
Apakah yang dijadikan waspada? Rayuan dan bujukan jaman. Jangan sampai karena 99 dari seratus orang di kantor sepakat untuk berkorupsi lantas kamu ikut-ikutan jadi koruptor! Kenapa? Karena kamu anak terang dan mereka anak kegelapan.
Jadi jaga apinya dan pastikan minyaknya masih cukup untuk membuat nyalanya terang hingga Sang Fajar tiba pada saat kesudahan nanti.
0 Komentar