Kabar Baik VOL. 258/2016 ? Ketika Tuhan, surga, neraka dan kehidupan kekal hanyalah bohong belaka…

14 Sep 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 14 September 2016

Yohanes 3:13 – 17
Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.

Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.

Renungan

Ada dua pertanyaan yang kerap ditanyakan oleh dua tipe manusia terkait iman dan percaya.

Yang pertama adalah seorang beragama lain, “Don, bagaimana kalau ternyata Tuhanmu itu salah? Bahwa Yesus itu tak disalib? Bahwa Ia diselamatkan di detik-detik terakhir sebelum dieksekusi lalu naik ke surga? Dan bagaimana juga kalau yang dikatakan dalam buku Da Vinci Code tentang Yesus itu benar?”

Ini aneh! ?Kalau ia percaya apa yang ditulis Dan Brown dalam bukunya bahwa jenasah Yesus itu ada, bagaimana ia percaya bahwa Yesus dinaikkan ke surga sebelum dibunuh di salib?

Lalu yang kedua, adalah seseorang yang mengaku atheist. “Don, bagaimana kalau ternyata Tuhan itu tak ada, surga itu mitos, neraka pun demikian?”

Untuk kedua hal itu, kadang jawabanku hanya, “Iya ya? Gimana ya?” Lalu aku tertawa terbahak sehingga mereka yang bertanya pun kebingungan.

Aku belajar banyak pada almarhum Tom Jacob, SJ. Ia dulu pastor nyeleneh di Kotabaru Jogja.?Tom ini orang hebat. Ia ahli kitab suci dan konon pria berdarah Belanda yang dalam homilinya yang nyeleneh kerap diselingi pisuhan, “Asu!” dan “Bajingan!” itu adalah orang yang turut menterjemahkan Kitab Korintus ke Bahasa Indonesia beberapa puluh tahun silam.

Suatu waktu aku ikut dalam kelas kursus kitab suci yang diasuhnya.?Dalam sesi tanya jawab, aku mengajukan tanya kepadanya, “Romo, bagaimana keadaan sesudah mati itu?”

Ia diam sejenak lalu berujar, “Aku ndak tahu! Nggak ada yang tahu…” Suasana kelas jadi senyap. Sejurus kemudian ia tertawa dan kami bingung kenapa ia tertawa.

Beberapa tahun sesudahnya, Tom mangkat. Aku sempat menuliskan beberapa artikel tentangnya di sini yang bisa kalian baca nanti. Pada salah seorang anggota mudika Gereja Paroki Kotabaru yang kukenal dan kebetulan bertugas menjagai Tom saat sedang kritis di rumah sakit, ia bilang, “Romo Tom berdoa syahadat Aku Percaya. Berkali-kali, berulang kali, setiap hari sampai ia meninggal.”

Aku manggut-manggut.

Membangun iman dan kepercayaan kepada?Tuhan, kebenaran dan kehidupan kekal adalah perjuangan yang tak sekadar bisa ditukas sesingkat kita melafalkan Syahadat dalam setiap perayaan ekaristi yang kita ikuti.

Kesulitan terbesar adalah karena kita tak tahu bagaimana hidup sesudah mati. Tak juga ada seorang yang mati lalu hidup lagi dan menceritakan bagaimana pengalamannya saat mati. Kalaupun ada orang yang bersaksi demikian, di deret kursi belakang kita riuh berbisik, “Ada orang gila sedang bicara!”

Sepanjang hidup adalah arena pertarungan untuk terus percaya dari serangan bertubi-tubi yang selalu berusaha menjatuhkan kepercayaan itu sendiri.

Adalah hebat dan bukannya tak mungkin kalau kita bisa langsung dibuat percaya, meski adalah lumrah juga kalau ada orang yang mengaku percaya dan selalu percaya tapi sebenarnya ia hidup dalam halusinasi untuk percaya.

Iman yang teguh menurutku justru iman yang tahan uji dan tahan pukul dan untuk bisa dinyatakan itu, ia harus kerap dipukul dan diuji.

Apa yang ada dibalik tawa Tom saat kutanya dulu, aku tak tahu. Tapi kukatakan pada kalian, apa yang ada dibalik tawa dan bahakku saat ditanya orang-orang seperti yang kutulis di bagian atas tulisan ini.

Aku tertawa lebih karena “Kenapa kalian bertanya kepadaku, orang yang sedang membangun hal yang juga sedang kalian tanyakan?” Dan sejatinya pembangunan kepercayaan dan iman itu tak kan pernah menyentuh kata “Selesai” sebelum hidup kita sendiri terselesaikan.

Kabar Baik yang ditulis murid terkasih Yesus hari ini memang hanya terdiri dari empat ayat tapi apa yang termaktub di situ adalah sesuatu yang kebesarannya berada di level ‘Maha’ yang bahkan kalau kita diberi kesempatan hidup sebanyak tujuh puluh kali tujuh tahun pun, kebesarannya tak kan pernah sanggup kita ungkap seluruhnya.

Jadi?
Kita diselamatkan, kita akan memperoleh hidup yang kekal di Surga karena Yesus melalui Gerejanya yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Nyatakan itu berulang-ulang dalam pikiran, hati, kata-kata dan tindakan mulai saat ini hingga kita mati nanti.

Sebarluaskan!

1 Komentar

  1. Salam Mas Bro

    Hmm, ga tau harus bilang apa sama cerita diatas.
    Pantaskah disimpulkan dengan “Apapun itu, menolong orang lain harus tetap dilakukan”.
    Membalas hal baik dengan hal baik dan membalas kejahatan dengan lebih baik.

    Mauliate
    Makasih

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.