Kabar Baik VOL. 257/2016 ? Lawatan kasih Allah, lawatan kita apa?

13 Sep 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 13 September 2016

Lukas 7:11 – 17
Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong.

Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.

Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”

Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”

Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya.

Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.”

Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.

Renungan

Tuhan melawat melalui kasih.

Perhatikan frase penting berikut yang ditulis Lukas dari Kabar Baik hari ini, “tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya:‘Jangan menangis!’

Itulah inti dari karya penyelamatan Yesus, melawat manusia dengan kasih.

Allah adalah Maha Segalanya namun sebelum Yesus lahir dan hadir, manusia tak mengerti seberapa ‘Maha Kasih’ Allah itu. Kekuatan kasihNya memampukan Ia untuk menghidupkan yang mati, menerbitkan sukacita bagi orang-orang di sekitarnya.

Bagaimana dengan lawatan Allah masa kini? Apa buktinya? Adakah kita diberi kemampuan untuk menghidupkan orang mati?

Lima tahun silam, Papaku dipanggil Tuhan.
Malam itu, saat sedang menyaksikan pertandingan siaran langsung sepakbola di televisi, ia terkena stroke. Jam 2 malam, sementara di rumah hanya ada Chitra, adikku yang waktu itu belum menikah, almarhumah Mama dan Eyang. Aku sudah pindah ke Australia sejak tiga tahun sebelumnya.

Kami tidak punya mobil tapi perlu bantuan ke rumah sakit. Chitra, adikku, lantas memberanikan diri untuk membangunkan tetanggaku seorang yang baik dan punya mobil.

Tetanggaku itu lantas bergegas mengeluarkan mobilnya lalu mengangkut Papa ke rumah sakit cepat-cepat. Papa akhirnya memang tak tertolong tapi apa yang dilakukan oleh tetanggaku adalah salah satu bukti nyata bahwa Allah melawat melalui usaha kecilnya.

Ia punya mobil dan sebenarnya bisa saja menolak untuk memberikan bantuan kepada adikku yang mengetuk pintu di tengah malam buta. Tapi hati tetanggaku itu tergerak oleh belas kasihan. Ia mengulurkan tangannya dan bergerak, membuat mobil yang ia beli dengan uangnya sendiri jadi memiliki fungsi sosial.

Manusia masa kini dan masa mendatang bertanggung jawab untuk menghadirkan lawatan Allah melalui apa yang dimilikinya termasuk akal, budi, harta dan semuanya bagi sesama. Memberikan yang terbaik dari semua yang fana ini dilandasi hal yang tidak akan pernah hilang bahkan saat seisi dunia ini lenyap: kasih.

Yuk, jadi saksi dan bukti lawatan Allah pada sesama!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.