Kabar Baik VOL. 253/2016 ? Hai Super Mario, Salam Super!

9 Sep 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 9 September 2016

Lukas 6:39 – 42
Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?

Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.

Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?

Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

Renungan

Jika memang benar bahwa Mario Teguh yang super itu tidak mau mengakui Ario Kiswinar Teguh sebagai anaknya dengan alasan apapun, maka ia layak untuk dijadikan contoh paling gress dari Kabar Baik hari ini.

Ia seharusnya malu bahwa dengan begitu banyaknya ajaran dan ujaran motivasi yang ia tularkan kepada publik selama ini tentang cinta dan keluarga sedangkan ia sendiri punya masalah besar yang belum kunjung terselesaikan. Seolah ia punya balok di dalam mata yang tidak dilihat dan tidak mau dikeluarkan lalu malah sibuk mengeluarkan selumbar yang ada di mata orang lain.

Tapi ia tidak sendirian. Akupun merasa tersengat membaca apa yang dikatakan Yesus dengan nada yang amat kuat ini. Ada begitu banyak sisi hidupku yang masih belum baik benar sedangkan aku berani-beraninya menuliskan Kabar Baik setiap hari pula?

Tapi, haruskah aku berhenti menuliskan Kabar Baik hingga aku sudah benar-benar baik? Jika iya, kapan aku bisa jadi benar-benar baik? Adakah satu manusia pun di dunia ini yang berani mengklaim bahwa dirinya sudah suci tak bernoda sementara Bapa Suci pun mengaku diri sebagai orang berdosa?

Bagaimana kalau ada satu orang saja… kuulangi satu orang saja yang merasa hari-harinya jadi lebih terberkati setelah membaca tulisan-tulisanku di sini? Haruskah aku berhenti? Kalau lantas aku berhenti karena pertimbangan tadi, lalu satu orang itu jadi merasa tak terberkati lagi bukankah itu juga tidak lebih baik? Aku bisa jadi penyalur berkat yang menutup rapat pintu saluranku baginya, bagi mereka?

Tapi, Don, dibilang di awal Kabar Baik ini, “Dapatkah orang buta menuntun orang buta?” Jawabanku tentu tidak karena seperti Yesus bilang keduanya akan jatuh ke dalam lobang!

Tapi bukankah Yesus menyertai kita hingga akhir jaman melalui Roh Kudusnya? Bukankah Ia mampu untuk menyelamatkan kita dari keterjatuhan ke dalam lubang? Atau setidaknya memasang sebuah spring bed ukuran raksasa nan empuk sehingga ketika kita jatuh, kita tak terjerembab, bangun lagi, merangkak naik lagi dan mencoba berjalan lebih jauh lagi?

Bingung, kan?
Itulah sebabnya, setiap ada yang memberiku apresiasi terhadap apa yang kutulis dalam Kabar Baik setiap hari baik itu melalui jendela Whatsapp, Facebook, maupun email serta kolom komentar, aku menghindarkan diri dari rasa tinggi hati, mengucapkan terimakasih dan memohon supaya orang itu mendoakanku.

Permintaan untuk mendoakan itu kuucapkan dengan tulus karena aku memang memohon kepada Tuhan agar semakin hari semakin di beri keberanian untuk membongkar balok yang ada di mataku sambil mengabarkan Kabar Baik tanpa harus membuka selumbar di mata orang lain.

Kalian mau kan mendoakanku?

Salam Super!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.