Kabar Baik hari ini, 7 September 2016
Lukas 6:20 – 26
Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.
Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.
Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.
Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.
Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.
Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.
Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”
Renungan
Ada dua ruas utama yang dinyatakan Yesus dalam Kabar Baik hari ini yaitu bahagia dan celaka.?Keduanya dibangun dari empat kondisi yang saling berlawanan, miskin-kaya, lapar-kenyang, menangis-tertawa, dibenci-dipuji.
Kita akan bahagia kalau kita miskin, lapar, menangis dan dibenci karena Yesus.?Kita akan celaka kalau kita kaya, kenyang, tertawa dan menerima pujian dari semua orang.
Jadi,
Haruskah kita melanjutkan tidur di pagi hari karena malas bekerja toh meski miskin kita tetap bahagia?
Haruskah kita tetap menjaga lapar dan menolak makanan dari yang telah berusaha keras menyiapkan hidangan supaya kita bahagia (dan dapat bonus tubuh kita jadi seksi karena diet)?
Haruskah kita murung dan bercucuran air mata pedih meski kita dinyatakan naik pangkat di perusahaan tempat kita bekerja agar kita menemui kebahagiaan?
Haruskah kita hardik orang-orang yang memuji keberhasilan kita supaya kita tak celaka?
Tidak! Tidak demikian!
Nah lalu bagaimana, Donny? Apa kamu melawan perintah Tuhanmu sendiri??Tidak juga. Bingung, kan?
Kata kuncinya sebenarnya hanya satu: cukup.
Bagaimana kita berani bilang cukup saat rejeki yang sudah diberikan Tuhan pada kita melampaui batas hidup sederhana yang dianjurkanNya.
‘Cukup’ bukan berarti meminta Tuhan untuk menghentikan rejeki karena kita bilang, “Cukup!” Cukup di sini adalah batas yang kita katakan pada diri sendiri bahwa rejeki yang kita terima selebihnya akan kita optimalkan bagi orang yang lebih berkekurangan, yang miskin supaya mereka bahagia. Karena bukankah dalam Kabar Baik ini Tuhan bilang bahwa orang miskin akan dibuat bahagia? Nah, itu tugas kita karena kita anak-anakNya untuk membuat mereka bahagia!
Cukup juga harus kita utarakan sebagai tanda untuk berhenti menyantap hidangan saat kita sudah merasa cukup kenyang. Selebihnya, mari kita berikan pada yang kelaparan karena orang lapar juga butuh makan untuk tetap hidup dan bekerja dan berbahagia seperti yang dibilang Tuhan hari ini bahwa orang lapar akan dipuaskan? Itu tugas kita sebagai umatNya untuk memuaskan.
Cukup! Cukup untuk tertawa jangan berlebihan apalagi terbahak. Bagikan sukacitamu kepada mereka yang berduka dan menangis supaya mereka pun bisa ikut tersenyum dan tertawa bersama kita, anak-anakNya yang hari ini menjanjikan tawa bagi yang menangis.
Cukup! Cukup jangan jadi lebih gede kepala ketika banyak orang menyanjung keberhasilanmu. Tetap terima segala ucapan dari mereka tapi kamu tahu bahwa segala apa yang kamu raih, cita-cita, prestasi, itu semua adalah berkat daripadaNya. Jadikan dirimu sebagai saluran pujian dari sesama bagi Tuhan bukan bagimu sendiri.
Cukup! Cukup membaca Kabar Baik hari ini, kini saatnya meresapi lalu mengamalkannya dalam hidup sehari-hari.
0 Komentar