Kabar Baik VOL. 245/2016 ? karena Engkau menyuruhnya, Tuhan!

1 Sep 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 1 September 2016

Lukas 5:1 – 11
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.

Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya.

Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.

Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”

Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”

Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.

Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.

Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.”

Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.”

Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

Renungan

Kondisi Simon, Yakobus dan Yohanes serta kawan-kawan nelayan lainnya ketika bertemu Yesus pagi itu kubayangkan sudah sangat letih dan lesu.

Tak tidur sama sekali setelah semalam-malaman bekerja keras tapi hasil tangkapan tak sesuai harapan.

Eh, tiba-tiba di pinggir danau, Yesus, pengajar firman yang sedang ‘naik daun’ kala itu, menaiki perahunya, menggunakannya untuk mengajar orang-orang yang mengerumuniNya. Sesudah selesai mengajar, Yesus meminta Simon untuk mengarahkan perahunya ke tempat yang lebih dalam supaya menghasilkan.

Aku tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Petrus, tentu ia tak serta merta menuruti apa yang Yesus katakan maka ia menyampaikan keberatannya. Tapi Simon adalah Simon. Pada akhirnya ia menurut apa yang dikatakanNya, “…tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga!”

Lalu hasilnya seperti yang telah kita ketahui bersama, ia mendapatkan tangkapan dalam jumlah banyak. Saking banyaknya, Lukas yang mencatat peristiwa itu menuliskan bahwa jala yang dipakai mulai koyak saking banyaknya ikan yang didapat.

Simon mau menurut barangkali pada awalnya bukan karena percaya. Ia menurut karena ingin menghargai Yesus yang dipanggilnya Guru. Tapi setelah tampak hasilnya, tumbuhlah rasa percaya itu padanya terhadap Yesus.

Bagaimana dengan kita, percayakah kita ketika diminta Tuhan untuk menebarkan jala sekali lagi di tempat yang lebih dalam? Atau setidaknya, bisakah kita menghargai meski kita masih sulit untuk percaya?

Nggak, Don! Karena Tuhan udah nggak pernah bicara lagi! Dia udah kembali ke surga. Gimana mau bicara?

Nah, ini dia masalahnya! Kita menganggap suara berdasarkan perhitungan ilmiah yaitu getaran yang berfrekuensi antara 20 hingga 20 ribu Hertz. Jika suara ‘diperangkap’ dalam pengertian itu, jelas Tuhan adalah sosok yang bisu!

Tapi kalau kita mau berpikir dengan hukum lain selain itu, sejatinya kita bisa mendengarkan suara Tuhan dari banyak hal, banyak orang, banyak waktu bahkan setiap saat, setiap hari!

Kita mendengar Tuhan ketika kita mendengar orang tua meminta kita untuk giat bekerja dan menjadi manusia yang bertanggung jawab!

Ketika pasangan dan anak-anak meminta kita untuk tak terlalu memforsir diri dalam bekerja dan meluangkan waktu lebih banyak lagi bersama mereka, Tuhan sedang berkata-kata.

Ketika kawan-kawan yang biasanya menggoda kita supaya berselingkuh lantas malah menasihati kita supaya kembali ke rumah dan tak mencari hiburan amoral di luar, di sana Tuhan sedang lantang berkata.

Bahkan melalui asap pekat yang keluar dari cerobong asap pabrik, gelombang suhu panas yang tak wajar, hajaran angin ribut yang ‘salah musim’, musnahnya flora dan fauna… di sana Tuhan meminta kita untuk memperhatikan lebih dalam lagi keadaan alam dan lingkungan tempat kita tinggal.

Persoalannya, maukah kita mendengar? Permasalahannya, maukah kita percaya?

Sekarang mau? Good! Selanjutnya, maukah kita menurut untuk mengerjakan apa yang disuruhNya?

Nggak juga?
Errrr!!!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.