Kabar Baik VOL. 244/2016 ? Jangan menggerutu meski kamu tak disembuhkanNya

31 Agu 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 31 Agustus 2016

Lukas 4:38 – 44
Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia.

Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka.

Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka.

Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah Anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.

Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka.

Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.”

Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.

Renungan

Kabar Baik hari ini membuatku merenung, bukan tentang kehebatan Yesus menyembuhkan sakit dan bukan pula tentang bagaimana Ia mengusir Roh Jahat. Aku memikirkan bagaimana nasib orang-orang yang masih sakit dan masih kesetanan di daerah itu tapi lantas ditinggalkan Yesus dengan alasan bahwa Ia harus memberitakan Injil di kota-kota lain?

Adakah mereka akhirnya sembuh?
Kalau tidak, adakah mereka kecewa terhadap Yesus karena Ia menyembuhkan yang lain dan tidak dengan dirinya??Atau jangan-jangan sepeninggal Yesus, yang terjadi malah huru-hara akibat kecemburuan sosial antara mereka yang disembuhkan dan mereka yang tak disembuhkan Yesus?

Semua tak dituliskan Lukas, penulis kisah Kabar Baik hari ini.?Tapi mari kita membayangkan bagaimana reaksi mereka dengan melihat bagaimana orang-orang masa kini mendapatkan kenyataan yang kurang lebih sama.

Dalam acara-acara keagamaan, banyak orang memberi kesaksian bagaimana kerabat yang sakit disembuhkan Tuhan.?Mereka percaya mukjizat dan kepercayaan itu patut dihargai. “Kakek saya menderita kanker, setelah dijamah Pak A, ia sembuh! Kankernya hilang!” Semua orang bertepuk tangan. Tapi bagaimana dengan seorang lain yang hadir di acara itu dan menunggu dengan harap-harap cemas akankah Tuhan melalui Pak A atau Pak B atau Pak Z menjamah sakit orang tuanya yang juga kena kanker.

Lalu ketika akhirnya orang tuanya meninggal, ia berpikir kenapa Tuhan menjamah Kakek si A dan tidak menjamah orang tuaku? ?Si Kakek itu sembuh sementara orangtuaku meninggal dunia?

Kemana Yesus pergi? Kenapa Ia menjamah yang lain dan bukan kita?

Kita ini adalah alat bagiNya dan bagi kemuliaanNya.

Anggaplah Yesus itu seorang rockstar sedang menghelat konser, kita adalah gitar-gitarNya.

Setiap manggung, Ia membawa beberapa gitar yang dipersiapkan para crew yang setia. Kenapa Ia perlu banyak gitar, karena pada lagu-lagu tertentu, tak semuanya bisa dibawakan dengan bagus kalau Ia hanya memakai satu gitar. Untuk lagu balada, Ia menggeber gitar akustikNya. Pada lagu bertempo cepat, Ia memilih meletakkan gitar akustiknya dan mengusung gitar elektrik merk A. Di lagu bertempo cepat lainnya, Ia tak memakai gitar merk A, meski elektrik, Ia menyuruh crewNya untuk mengambilkan gitar elektrik B yang suaranya lebih crunchy dan punya distorsi suara medium, misalnya. Demikian terus-menerus.

Dalam sebuah konser musik seperti itu, gitar-gitar, sebagus dan semahal apapun dia adalah alat untuk mendukung performa. Bukan sebaliknya bahwa Ia berperform supaya orang-orang mengelukan gitarNya. Bukan!

Sama. Dari Kabar Baik hari ini, kita tahu orang-orang itu disembuhkan dari sakit, dilepaskan dari Setan supaya orang-orang tau dan peduli pada Kabar Baik, pada Injil Kerajaan Allah yang dibawakanNya. Dan ketika dirasa sudah cukup, Ia memutuskan untuk pindah ke kota lain untuk melakukan hal yang sama pada orang-orang yang berbeda tapi dengan tujuan yang sama pula, memuliakan dan mengabarkan Injil Tuhan.

Wah kalau begitu bagaimana mungkin kita bisa percaya pada Kabar Baik kalau hanya sedikit yang disembuhkan lalu Ia pindah lagi??Ya memang tidak mungkin. Sekali lagi, tidak mungkin. Kita ini manusia, kita ini seonggok debu. Mana mungkin?

Tapi Tuhan yang kita anggap pergi itupun mengetahui kelemahan dan ketidakmungkinan kita. Untuk itu Ia menyediakan Roh Penghibur, Roh Kudus yang membuat semuanya jadi mungkin.

Tak hanya mungkin untuk disembuhkan meski Yesus telah kembali ke Surga. Roh Kudus memungkinkan kita untuk sadar bahwa martabat kita di hadapan Allah itu tak lantas jatuh dan runtuh hanya karena kita tak disembuhkan.

Roh Kudus membuat kita sadar bahwa sepenting-pentingnya kita untuk sembuh, ada yang lebih penting yaitu kemuliaan Allah itu sendiri. Apakah dengan kesembuhan orang tua kita, kesembuhan kita lantas membuat kemuliaan Allah lebih besar? Atau, hey kenapa tak beraksi sebaliknya, meski kita terbatas, meski orang tuamu sakit, meski kamu sakit, kamu tetap bisa jadi saksi kebesaran Tuhan karena Roh Kudus bekerja atas diri kalian melalui karya nyata?

Jangan menggerutu jika tidak disembuhkan. Siapa tahu belum, kalaupun tidak tetaplah berbahagia karena setidaknya hingga saat ini kamu masih diberi kesempatan untuk bisa membaca tulisan ini!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.