Kabar Baik Vol. 22/2017 – Kerajaan Allah dan tiga anak dari sebuah keluarga yang kaya-raya

22 Jan 2017 | Kabar Baik

Kabar Baik Hari Ini, 22 Januari 2017

Matius 4:12 – 17
Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.

Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:

“Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, ? bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.”

Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”

Renungan

Apakah Kerajaan Allah itu?
Terbuat dari apa dindingNya? Apakah atapnya menggunakan genteng tanah liat, seng atau asbes?
Bagaimana pula lantaiNya dan seisi ruanganNya?

Joseph Ratzinger atau yang lantas dikenal sebagai Paus (Emeritus) Benedictus XVI dalam bukunya yang berjudul Jesus of Nazareth (Double Day, New York, USA, 2007) menjabarkan Kerajaan Allah dalam tiga bentuk. Pertama, Yesus sendiri, kedua, Kerajaan Allah yang ada dalam hati manusia, ketiga, Gereja.

Sebagai orang Katolik, kita bersyukur karena memungkinkan untuk ‘menggapai’ ketiganya. Kita percaya Yesus, kita memohon datangnya Kerajaan Allah setiap berdoa Bapa Kami, dan hey, bukankah kalian sering ke Gereja juga, kan?

Tapi apalah arti semua itu jika dalam hidup sehari-hari kita tak mampu menunjukkan kepada sekeliling bahwa kita adalah orang yang erat dengan Kerajaan Allah?

Aku punya analogi begini, Kerajaan Allah dan kita yang mengaku sebagai penghuniNya adalah ibarat tiga orang anak dengan tiga sifat yang berbeda dari seorang bapak yang kaya raya dan punya rumah gedongan bak istana.

Suatu hari, ketiganya diutus untuk melanjutkan studi ke kota lain, berkumpul bersama rekan sebayanya, hidup dalam asrama.

Anak yang pertama adalah anak yang norak, pemarah dan jahat. Setiap kali bertemu orang, Ia ingin tampak sebagai anak orang kaya tapi perilakunya malah menunjukkan sebaliknya. Omongannya kasar, cara pikirnya nggak elegan, bersumbu pendek dan demen melecehkan orang. Tak ada satupun kawannya yang lantas percaya bahwa ia adalah anak orang kaya.

Anak yang kedua adalah anak yang cuek. “Yang kaya kan Bapak, bukan saya!” Kesannya rendah hati tapi ia sejatinya ia melakukan itu semua karena tak mau terbeban status anak orang kaya. Maunya bebas, maunya lepas!

Anak yang ketiga adalah anak tahu diri. Ia tahu bahwa dirinya mau-tak-mau akan dipandang sebagai representasi bapaknya. Untuk itu ia rajin belajar, bersikap ramah kepada semua orang, cara bicara dan pilihan bersikapnya ditata rapi. Mau tak mau di mata kawan-kawannya, derajatnya tampak lebih baik dan orang-orang pun percaya bahwa ia memang anak orang kaya.

Jaim dong, Don?
Enggak, ia konsisten dengan pilihannya. Jaim adalah ketika ia tak konsisten antara penampakan luar dengan perilakunya.

Anak ketiga ini disukai kawan-kawan lainnya. Dan suatu hari ia ditanya kenapa ia begitu berbeda dari saudara-saudaranya dan jawabnya adalah ajaib, “Aku memang anak orang kaya dan aku mensyukurinya. Rumah Bapakku memang rumah gedongan dan suatu nanti aku akan kembali pula ke sana. Untuk itu, sebisa mungkin aku tak mau mengecewakan Bapak dengan seolah bertindak bahwa aku bukan anakNya. Aku tahu, kalaupun aku berbuat kasar seperti kakakku yang pertama atau bersikap cuek seperti kakakku yang kedua, Bapakku tetap akan memaafkan kami semua… tapi ini bukan semata soal aku dengan Bapak, ini tentang aku dengan kalian juga. Bagaimana mungkin kalian percaya aku ini adalah anakNya kalau tindak-tandukku tak mencerminkan Bapakku yang kaya-raya dan tak menunjukkan bahwa suatu waktu nanti ketika aku pulang pun aku akan pulang ke rumahNya?”

Bapak itu adalah Allah, dan kamu… kamu mau jadi anak seperti anak yang nomer berapa?

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.