Kabar Baik VOL. 217/2016 ? Sejatinya kita tak perlu berbuat baik kalau…

4 Agu 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 4 Agustus 2016

Matius 16:13 – 23
Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?”

Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.”

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”

Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”

Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.

Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.

Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.

Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”

Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Renungan

Kalau kita perhatikan perilaku Petrus dan tanggapan Yesus pada Kabar Baik hari ini kita bisa melihat bagaimana perilaku manusia itu rentan salah meski beberapa saat sebelumnya melakukan hal yang paling benar yang belum pernah dilakukan manusia-manusia sebelumnya yang sudah pernah ada.

Petrus menyatakan ke-mesias-an Yesus dengan menyebut bahwa Ia adalah Anak Allah. Belum pernah ada orang sebelum dia yang pernah hidup dan menyatakannya. Yesus gembira lalu berkata, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.”

Tak hanya itu, Yesus mengukuhkan Petrus sebagai pemimpin dengan berkata, “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”

Dasar ini menjadi landasan selanjutnya bagi Petrus dan penerus-penerusnya untuk memimpin Gereja Katolik hingga sekarang kita memiliki Paus Fransiskus, paus ke-266 setelah Petrus.

Tapi pada bagian akhir, sesuatu yang mengejutkan terjadi.
Petrus niatnya baik menurut ukuran manusia. Ia menyatakan solidaritasnya kepada Yesus yang menubuatkan penderitaan yang akan Ia alami di Yerusalem dengan berkata, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”

Lalu Yesus berpaling dan kubayangkan dengan geram, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Nah! Bingung kan!
Yang bener adalah batu sandungan atau batu karang nih?

Aku memandangnya dari dua sisi.

Pertama, kejadian ini menunjukkan bahwa Petrus adalah manusia seperti halnya kita, lemah. Kita bisa jadi medium bagi Allah untuk mengerjakan hal-hal mulia tapi di lain waktu kita bisa juga dirasuki iblis dan mengerjakan rencana-rencana jahatnya.

Kedua, niatan baik yang terbaik sekalipun dari hati kita belum tentu sejalan dengan rencana Tuhan.?Coba resapi sekali lagi Kabar Baik hari ini, apa salah Petrus kok kemudian ia dihardik Yesus? Bukankah niatnya baik, Ia tak mau Gurunya berada dalam penderitaan.

Tapi menurutku hal ini justru menguatkan bahwa sebagai manusia, Petrus tak tahu apa rancangan besar Allah atas diri Yesus (dan dirinya) saat itu. Meski ia menawarkan kebaikan, jika hal itu bertentangan dengan kehendak Allah, kebaikan itu jadi tak ada artinya.

Kuasa Allah lebih tinggi dari apapun termasuk segala kebaikan yang terbaik dalam hati manusia.

Don! Tambah bingung, Don! Jadi kita nggak perlu berbuat baik lagi mulai sekarang setelah baca renunganmu ini?

Hahaahahaha, rileks!
Aku tidak mengatakan demikian. Yang kutekankan adalah, iblis itu lihai. Ia bisa bergerak dalam hal yang menurut kita paling tidak memungkinkan sekalipun; kebaikan.

Kalau kamu sudah berbuat baik, jangan merasa sombong! Tetaplah rendah hati karena kebaikan kita yang terbesar dan terbaik sekalipun, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kuasa dan rencana Allah. Tetaplah berdoa supaya kebaikan-kebaikan kita itu seturut kehendakNya.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.