Kabar Baik VOL. 214/2016 ? Mencukupkan, bukan melipatgandakan

1 Agu 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 1 Agustus 2016

Matius 14:13 – 21
Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka.

Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.

Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.”

Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.”

Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.”

Yesus berkata: “Bawalah ke mari kepada-Ku.”

Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.

Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh.

Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.

Renungan

Aku melihat benang merah dari Kabar Baik hari kemarin terkait dengan hari ini.

Kemarin aku bilang syarat untuk menjadi orang kaya versi Katolik adalah dengan tidak berpikir untuk menjadi kaya dan hidup dalam skala cukup; tidak lebih tapi juga tak kurang.

Hari ini Tuhan mencukupkan makan bagi lima ribu orang banyaknya hanya bermodalkan lima roti dan dua ikan!

Ada arus besar yang membaca Kabar Baik hari ini sebagai Tuhan melipatgandakan lima roti dan dua ikan sedangkan aku berpikir lain, Tuhan bukan melipatgandakan tapi mencukupkan!

Bagaimana mungkin hal itu terjadi? Itulah mukjizatNya.

Aku sering melongok ke belakang saat gaji bulananku belum sebesar sekarang.

Sebagai mahasiswa rantau sementara Papaku kehilangan pekerjaan ada 1998, tak lama sesudah aku memulai kuliah, dulu aku terbiasa hidup dengan uang yang tak menentu jumlahnya. Kadang sedikit, tak jarang sedikit sekali bahkan nol rupiah, hidup hanya menggantungkan pada bantuan teman. (Aku menuliskan secara tersirat di laman ini, silakan baca).

Setahun kemudian aku mendapat pekerjaan sebagai tukang jaga warnet. Mulai bisa bernafas sedikit karena dapat tambahan 200 ribu per bulan sebagai gaji. Tak lama kemudian, 1999, aku mulai menerima tawaran pembuatan program skripsi kakak-kakak angkatanku dan berani mendeklarasikan diri sebagai web developer serabutan.

Setahun kemudian, bersama kawan-kawan mendirikan perusahaan yang lantas maju dan berkembang hingga kutinggalkan pada 2008 karena aku memilih bermigrasi ke Australia hingga sekarang.

Tak sekalipun dan tak satu kesempatan pun Tuhan membiarkankanku kelaparan! Melalui kawan-kawan yang setia meminjamiku uang atau menraktirku makan, melalui talenta yang diberikan dan melalui bimbinganNya sehingga aku berani berusaha, sejatinya hingga sekarang dan selama-lamanya, aku percaya Tuhan sedang terus-menerus mencukupkan kebutuhanku hingga aku dibuatNya kenyang bermodalkan lima roti dan dua ikan.

Ia tidak melipatgandakan tapi mencukupkan dan bukankah tak ada yang lebih menyenangkan ketimbang itu?

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.