Kabar Baik VOL. 213/2016 ? Orang Katolik boleh kaya!

1 Agu 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 31 Juli 2016

Lukas 12:13 – 21
Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.”

Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?”

Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”

Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.

Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.

Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.

Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!

Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?

Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”

Renungan

Orang katolik itu boleh kaya selama ia?punya sikap dan cara pandang sesuai dengan yang Yesus minta hari ini: jangan tamak!

Orang boleh mengumpulkan harta, boleh menabung dan merencanakan untuk membeli sesuatu yang jadi impiannya selama ia tak tamak.

Ketamakan adalah perangkap.
Ia membelenggu jiwa untuk bebas merdeka memuji Tuhan. Jiwa yang akhirnya hanya memiliki batasan dan fokus pada hal-hal yang sifatnya duniawi saja.

Ada seorang kaya yang kebingungan.?Usianya sudah tujuh puluh tahun dan sepanjang hidupnya ia habiskan untuk bekerja dan mencari uang.

Ia bingung karena tak tahu akan dikemanakan harta bendanya kalau ia mati kelak.

Anaknya hanya satu, sudah menikah dan ia tak mau menyerahkan semua harta bendanya ke anak itu karena takut kalau terjadi apa-apa dengan anaknya, seluruh harta akan jatuh ke menantunya.

?Menantu kan orang lain! Masa kita mau berikan uang kita ke orang lain sih? Capek-capek kerja dari muda masa rela buat menantu semua uangnya?? begitu katanya pada seorang temanku.

Orang-orang seperti ini adalah orang yang sebenarnya lebih patut dikasihani ketimbang orang-orang yang hidup sederhana di pinggir kali ataupun bandar narkoba yang sudah bertobat di ujung usianya sebelum dibunuh di depan regu tembak.

Seperti kutulis di atas, jiwanya terbelenggu, terpenjara.

Lalu bagaimana bersikap untuk menjadi kaya tapi menyenangkan hati Allah?

Jangan pernah berpikir ingin kaya. Berpikirlah bahwa hidup ini yang penting cukup dan ini justru yang sejatinya berat karena fase ketercukupan materi adalah fase yang tak kekurangan tapi juga tak berlebihan.

Tapi ada yang lebih berat lagi daripada hal itu.

Apa? Tak peduli kurang, lebih atau cukup, materi memiliki fungsi sosial untuk sesama. Artinya, ketika ada yang membutuhkan bantuan.

“Waduh, masa orang lain sih, Don??Capek-capek kerja dari muda masa rela buat menantu semua uangnya??

Nah!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.