Kabar Baik VOL. 212/2016 ? Berkeputusan

31 Jul 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 30 Juli 2016

Matius 14:1 – 12
Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah.

Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: “Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya.”

Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya.

Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: “Tidak halal engkau mengambil Herodias!”

Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi.

Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya.

Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: “Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.”

Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya.

Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya.

Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.

Renungan

Ada tiga titik penting dalam kisah Herodes memenggal kepala Yohanes Pembaptis ini.

Pertama adalah titik yang kunamakan sebagai titik ketakjuban saat Herodes takjub oleh keindahan tarian yang dipamerkan anak bawaan istrinya, Herodias.

Setelah takjub, titik kedua adalah titik dimana ia bersumpah akan melakukan apa saja kehendak anak itu. Herodes bersumpah karena terlanjur takjub. Kunamakan titik ini sebagai titik komitmen.

Setelah dibisiki ibunya, Herodias, si anak meminta Herodes untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Titik ini kunamakan sebagai titik terjebak.

Sudah tiga itu saja. Kenapa saya tak menganggap titik yang paling menentukan yaitu dimana Yohanes Pembaptis akhirnya dipenggal adalah karena aku menganggap hal itu hanya sebagai produk dari cara Herodes berkeputusan dan memilih apa yang terbaik yang harus ia lakukan.

Kita barangkali pernah melihat hal yang senada dengan itu dalam kehidupan kita sekarang ini.

Seorang presiden di negara antah-berantah, melihat peredaran narkoba begitu marak di negaranya lantas berikrar di depan rakyat untuk mengeksekusi dan tidak memberi ampun bagi mereka yang oleh sistem peradilan divonis mati.

Ia tahu dengan berikrar seperti itu rakyat dan dunia akan tertarik simpati melihat ketegasannya meski dalam hati kecilnya ia juga tak bodoh, ia tahu pasti bahwa tak semua keputusan yang diputuskan dalam sistem peradilan di negaranya adalah keputusan yang benar-benar solid dan bisa dipertanggungjawabkan dari sisi kebenaran yang sebenarnya.

Padahal sebagai presiden, ia bisa menjadi sosok ‘malaikat penyelamat’ dengan memberikan grasi, bukan untuk membebaskan si terpidana tapi untuk menyelamatkan kehidupan dan hey siapa tahu ada banyak hal yang bisa dipelajari dari si terpidana supaya kasus peredaran narkoba tak berkelanjutan lagi?

Semoga presiden seperti itu hanya ada dalam kamus ‘antah-berantah’ dan semoga kita juga tak terjerumus seperti Herodes untuk memilih presiden sepertinya andai suatu saat ia mencalonkan diri dalam pemilu presiden bermodalkan wajah lugu dan janji yang manis-manis bak gulali.

Kisah presiden dari negara antah-berantah dan kisah tentang bagaimana kita memilih presiden di atas adalah dua keping mata uang yang bertemu pada pola kejadian yang sama yang jika ditarik menggunakan Kabar Baik hari ini bermuara pada satu hal penting yang bisa kita pelajari yaitu, dalam hidup, perkara berkeputusan dan memilih adalah hal yang amat krusial.

Memilih dan memutuskan yang terbaik secara sadar tanpa ada godaan dan ikatan terhadap hal-hal keduniawian meski untuk itu kita kehilangan semuanya, harga diri, jabatan, gengsi… bahkan nyawa…

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.