Kabar Baik VOL. 207/2016 ? Yakobus, Mak Ndhuk dan Mbak Benik

25 Jul 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 25 Juli 2016

Matius 20:20 – 28
Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya.

Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.”

Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.”

Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.”

Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.

Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Renungan

Waktu pulang ke Indonesia awal Juni lalu, salah satu mandatory question yang kutujukan pada Chitra, adikku, adalah, ?Siapa yang menyapu jalan kampung sekarang setelah Mak Ndhuk dan Mbak Benik meninggal tahun lalu??

Mak Ndhuk dan Mbak Benik adalah kakak-beradik. Mereka meninggal tahun lalu dalam jarak yang tak terlampau lama serta pernah kutuliskan di sini.

Aku menyebut mereka adalah patriot kampung Tegal Blateran Klaten, kampung tempat lahir dan tempat tinggal masa kecilku dulu. Ada begitu banyak hal yang mereka lakukan demi kampung tanpa mengharapkan uang. Salah satunya yang paling legend adalah menyapu jalan.

Sejak jalan muka rumah masih berupa tanah hingga sudah dibeton, mereka berdua bergantian menyapu setiap pagi dan sore hari menggunakan sapu lidi.

Saking rajinnya, muncul anekdot di kampung begini, ?Kadang agak susah memastikan siapa yang menyapu jalan tadi pukul 04:30 dini hari. Ataukah itu hantu yang menghuni pohon duwet atau Mak Ndhuk atau Mbak Benik?.”

Hari ini Gereja Katolik memperingati hari raya Santo Yakobus Tua (dikatakan demikian karena ada Yakobus Muda yang juga murid Yesus).

Santo Yakobus adalah kakak kandung Santo Yohanes, sesama rasul. Keduanya, lantas bersama Petrus adalah para murid utama karena diijinkan secara langsung melihat peristiwa pemuliaan Yesus di Gunung Tabor.

Bu Salome, istri Zebedeus, ibu keduanya, mendatangi Yesus dan minta supaya kedua anaknya diberi kedudukan karena ia percaya bahwa Yesus adalah raja. Sebuah pola pikir yang amat manusiawi, bukan?

Tapi alih-alih mengiyakan, Yesus justru menawarkan cawan penderitaan, sebuah istilah untuk menyatakan bahwa seorang yang mau ikut aturanNya dan ingin jadi pembesar haruslah menjadi yang paling melayani di antara sesamanya dan mau ikut dalam penderitaanNya.

Tak hanya itu, Yesus juga tak menjanjikan apakah Yakobus (dan Yohanes) akan duduk di kursi yang empuk di istanaNya karena hanya Bapa yang mengutusNya yang berhak memberikan kepada siapa kursi-kursi itu.

Uniknya, Santo Yakobus lantas menjadi rasul pertama yang dihukum mati oleh penguasa Herodes Agripa I sekitar sepuluh tahun sesudah Yesus diangkat ke surga, sedangkan Yohanes, adiknya, meski pernah dihukum mati dengan jalan dimasukkan ke penggorengan raksasa di Roma (tapi karena Tuhan belum ingin ia mati, selamatlah Yohanes) menjadi rasul terakhir yang bertahan hidup.

Yakobus menempati tempat yang indah di surga??Gereja Katolik mengimaninya demikian.

Tapi apakah ia berpikir tentang surga sesaat sebelum kepalanya dipenggal algojo?

Aku tak tahu, tapi aku membayangkan tidak.

Ia pasrah.
Tak ada yang lebih penting dari seorang patriot selain melakukan yang terbaik bagi sesama, tak juga imbalan maupun balas jasa. Seperti yang dilakukan Yakobus, seperti halnya Mak Ndhuk dan Mbak Benik dulu.

Semoga mereka semua telah bersatu di surga sana…

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.