Kabar Baik VOL. 202/2016 ? Para penabur

20 Jul 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 20 Juli 2016

Matius 13:1 – 9
Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau.

Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.

Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.

Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.

Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.

Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.

Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.

Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.

Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

Renungan

Menjadi penabur tak selalu harus jadi penginjil, penyampai Kabar Baik atau orang yang diundang di acara-acara kategorial untuk menyampaikan warta sukacita Tuhan.

Semua orang bisa jadi penabur, penabur kebaikan karena bukankah kebaikan itu memiliki roh yang sama di tengah kebaikan-kebaikan yang lainnya?

Aku bukanlah orang yang penyabar sebenarnya, gampang naik pitam.

Misalnya ada seorang yang melanggar tempat parkir, kalau orangnya ada di sana, aku akan mendatangi, menggertaknya dan ?buka lapak? artinya, kalau ia terpancing dengan gertakanku, dengan senang hati kulanjutkan, ?Mau sampai mana juga gw ladenin!?

Niatku padahal baik, aku ingin mengajarkan kebaikan tentang cara berparkir yang benar kepadanya.

Tapi seorang kawanku lainnya, ia amat penyabar.?Pernah suatu kali ia dicurangi, sedang mengantri karcis tiba-tiba diserobot dari belakang.

?Kamu hajar nggak? Datangi? Hardik?? tanyaku.
Ia tersenyum menggeleng. ?Kudatangi tapi lalu kubilang kalau yang ia lakukan itu tidak benar??

?Gitu doang??
Ia mengangguk!
?Bah! Mana ngerti dia dengan bahasa halusmu seperti itu? Paling tidak harus digertak, kalau perlu tonjok!?

Ia tersenyum sekali lagi.
Aku berpikir, manusia kian bebal, kalau hanya diberitahu tanpa dibuat kapok besok-besok ia akan mengulanginya lagi.

Tapi membaca Kabar Baik Hari ini, aku jadi malu sendiri.?Yesus, Sang Penabur Sejati pun menyadari bahwa ketika kita menabur, selalu ada saja hal-hal yang membuat butir-butir yang kita tabur itu tak tumbuh sesuai dengan yang kita harapkan.

Dalam konteks aku dan kawanku tadi, bisa jadi sangkaku benar bahwa orang yang hanya diingatkan dengan senyum oleh kawanku tadi, keesokan harinya melakukan hal yang sama karena merasa toh kalau ketahuan cuma diingatkan seperti kemarin.

?Tapi kita nggak perlu membuat mereka kapok, Don! Itu bukan tugas kita?? kawanku tadi menyadarkan.

Dan memang benar. Tugas penabur hanyalah menaburkan hal baik, itu saja.?Perkara yang ditaburkan akan tumbuh atau terbuang itu bukan kuasa kita untuk menentukan.

Justru ketika kita melakukan berbagai cara supaya orang yang kita taburi meresapi betul apa yang ditaburkan, hal-hal itu malah bisa merusak nilai-nilai kebaikan yang ditaburkan sendiri. Seperti halnya ketika aku melibatkan emosi karena ingin orang lain mengerti kebaikan yang kutawarkan, alih-alih bertumbuh, mereka malah menghindar karena takut nilai yang awalnya baik telah bersalutkan emosi dan kegetiran dariku dan berubah jadi hal yang tak baik lagi…

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.