Kabar Baik VOL. 196/2016 ? Yakin nggak kuat?

14 Jul 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 14 Juli 2016

Matius 11:28 – 30
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.”

Renungan

Hobiku beberapa tahun belakangan adalah angkat berat.?Yang kuamati dari hobi itu adalah tak setiap hari aku bisa mengangkat jumlah beban yang sama dengan hari-hari sebelumnya.

Kadang begitu mudah. Kadang susah. Kadang awalnya tampak susah tapi toh bisa juga terangkat, kadang sebaliknya, tampaknya mudah tapi ketika kuangkat, tubuhku bergetar dan beban buru-buru kujatuhkan. Aku gagal.

Untuk menghindari gagal, pada hari-hari ?berat? solusinya ada beberapa.

Pertama, pulang saja. Ngapain angkat beban?

Kedua, mengkonsumsi steroid untuk menambah tenaga dan menambah massa otot. Hal ini amat berbahaya bagi kesehatan tubuh terutama pada jangka panjangnya.

Ketiga, minta tolong teman untuk minta bantuan.

Dalam hidup yang sarat beban pun demikian.?Kita selalu punya pilihan apakah itu dengan cara tidak mengangkatnya (dan seolah beban akan hilang sendiri), dengan cara-cara yang tak diperkenankan atau terbuka pada pertolongan?

Datang kepadaNya seperti yang dikatakan dalam Kabar Baik hari ini adalah dengan datang kepada Tuhan, terbuka pada pertolongan Tuhan.

Persoalannya satu. Jika hal itu dibaca mentah-mentah, kita kadang jadi putus asa karena tak kunjung menemukan Tuhan. Batang hidungNya tak tahu ada di mana?

Ke gereja, toh di sana Tuhan bertahta!
Betul, tapi cukupkah? Jangan salah, sebelas tahun silam, seorang polisi yang konon bermasalah pribadi bunuh diri di depan patung Bunda Maria menggendong jenasah Yesus (Pieta) di dalam Gereja di Jogja sana?

Lalu?
Bagiku, datang kepadaNya adalah semata-mata tidak hanya ke Gereja tapi juga menyerahkan hidup kita pada kehendak-kehendakNya dan menjauhi laranganNya.

Salah satu caranya adalah dengan terbuka pada pertolongan teman. Siapa tahu Tuhan hendak berbicara melalui teman-teman di sekeliling kita.

Tapi, Don! Bagaimana kalau ternyata himbauan teman kita ada yang tak baik untuk kita lakukan?

Ya gak papa. Justru disitu perlunya yang kukatakan di atas, menyerahkan hidup pada kehendak-kehendakNya dan menjauhi larangaNya. Artinya, gunakan ketetapan-ketetapan ilahi sebagai penyaring himbauan-himbauan teman tadi?

Ada tiga contoh tentang bagaimana cara mengangkat beban hidup yang terjadi pada masa silam dalam jam-jam yang hampir bersamaan.

Seorang pertama. Ia penakut, penyangkal. Setelah menyangkal guruNya, ia melarikan diri entah karena takut pada yang menangkap Sang Guru atau karena malu telah menyangkalNya. Tapi karena Tuhan berkenan, tak seberapa lama ia kembali ke kawanan dan memimpin gereja hingga sekarang. Petrus, namanya.

Seorang kedua, Ia pengkhianat, pengecut. Setelah menyerahkan guruNya pada musuh, ia menyesal. Tapi ia tak bisa melukiskan bagaimana cara membayar penyesalannya itu. Keputusan konyol dilakukannya. Mengambil tali, mengikat pada batang pohon yang kekar lalu bunuh diri menggantung di sana. Kalian tahu kan? Ya, Yudas lah dia!

Seorang ketiga, Anak Manusia. Ia diserahkan, disesah tanpa pernah berbuat salah! Dijual tiga puluh tali murahnya oleh si murid, disangkal namaNya oleh murid yang lainnya. Tapi Ia tahu beban harus diangkat meski susah. Dipanggulnya Salib menuju Kalvari.

Kuat dan lancar?
Tidak! Tertatih-tatih, terjerembab, terhuyung-huyung, jatuh! Saking tak kuatnya, Ia terbuka pada bantuan kawan, Simon, seorang dari Libya.

Namanya? Yesus! Orang yang Tuhan yang hari ini mengajari kita untuk datang kepadaNya dan mencontoh dariNya saat mengangkat beban hidup.

Jadi? Masih kuat kan! Angkat ya?

Siap-siap?.
Satu?
Dua?
Tii?.ga!
Nah, bisa kan!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.