Kabar Baik hari ini, 12 Juli 2016
Matius 11:20 – 24
Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya:
“Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.
Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.”
Renungan
Yang namanya misa penyembuhan dimana-mana biasanya selalu ramai dari misa-misa ?biasa?.
Di Sydney, April lalu, aku harus berebut mendapat tiket tempat duduk perayaan misa penyembuhan jauh-jauh hari dan datang pagi-pagi benar supaya ketika antri tidak terlalu lama menunggu untuk masuk ruangan.
Di Jakarta, di sebuah hotel berbintang, konon misa penyembuhan yang digelar tiap bulan bahkan selalu full house; sesuatu yang menggembirakan sebenarnya karena sekarang kita bisa bilang orang katolik tak hanya hobi menuhin bioskop dan rumah makan sepulang misa tapi juga antri demi ikut perayaan misa.
Semua orang yang hadir mengharapkan mukjizat, mengharapkan campur tangan Allah dalam hidup, sakit dan laku prihatin mereka.
Lalu ketika mukjizat penyembuhan itu terjadi, lantas apa selanjutnya?
Aku teringat apa yang dikatakan pastor yang memimpin misa penyembuhan yang kuhadiri April silam.
Begini katanya, ?Bapak dan Ibu sudah disembuhkan. Bersyukur dan pulang. Sebarkan damai dan bertobat, hidup lebih baik dari yang kemarin karena Allah sungguh nyata dalam hidup kita!?
Pesan pastor itu kupikir selaras dengan Kabar Baik hari ini bahwa mukjizat bukanlah titik akhir melainkan penanda awal bahwa kita telah disembuhkan, diselamatkan maka mari bertobat atas kesembuhan itu.
Lalu bagaimana dengan yang tidak mendapatkan mukjizat? Berarti kita tak perlu bertobat?
Tidak juga karena siapa dalam hidup ini yang tidak pernah mendapatkan mukjizat??Tak ada seorang pun yang bisa hidup tanpa sentuhan Allah. Yang ada hanyalah mereka yang tidak mengakui hal itu.
Kita menghirup nafas, kita merasakan hangatnya cinta dari sesama bukankah itu satu bentuk mukjizat?
?Ah tapi mukjizatnya kok nggak yang bombastis dan heboh-heboh??
?Contohnya??
?Kayak yang di tivi-tivi itu. Orang buta tau-tau bisa melihat, orang lumpuh bisa berjalan.. Kan heboh!?
Nah, bersyukurlah!
Bersyukur?
Ya! Bersyukur atas mukjizat ?kecil? ini. Mukjizat yang terjadi bahwa meski kamu tak menerima mukjizat-mukjizat besar nan menghebohkan itu tapi kamu masih bisa hidup dan bahagia. Bukankah itu satu mukjizat pula?
Lagian, kalau kamu merasa belum mendapatkan yang ?heboh-heboh?, mungkin Tuhan masih ingin kamu melihat sekelilingmu, bagaimana mereka yang mengaku diberi mukjizat-mukjizat besar tapi tetap tak bertobat?
Ganjarannya seram, Mas Bro!?Seperti yang Yesus bilang, celakalah? celakalah!
Mas Bro mau celaka??Tidak kan? Bersyukurlah, bertobatlah!
Setuju dengan post ini, bahwa mukjizat tidak selalu tampak besar dan “wah”, melainkan kecil dan kadang tidak kita sadari. :)