Kabar Baik hari ini, 9 Juli 2016
Matius 10:24 – 33
Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya.
Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.
Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.
Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah.
Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.
Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.
Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.
Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.
Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.
Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.”
Renungan
Kenal sih sebenarnya nggak kalau kata ‘kenal’ didefinisikan sebagai harus pernah tatap muka dan berjabat tangan.
Tapi kenal dalam arti pernah bercakap-cakap via social media, aku mengenalnya. Namanya Natalia Dewiyani. Kami sama-sama berasal dari Jogja. Aku tinggal di Sydney, dia di Melbourne, sama-sama Australia-nya.
Natalia adalah seorang cancer survivor yang mengelola halaman facebook bertajuk Laughter with Cancer. Ia membagikan semangat dan postingan-postingannya di halaman itu begitu visioner; menawarkan paradigma baru bahwa meski perjuangan melawan kanker bukanlah sesuatu yang mudah tapi hal itu tak bisa membuatnya kehilangan kebahagiaan dan rasa syukur atas hidup yang diberikan Tuhan.
Ada begitu banyak postingan yang bisa kalian lihat dan baca di sana, tapi kalau harus mencomot salah satu yang terbaru supaya bisa jadi pandangan singkat untuk kalian, aku ambilkan tentang bagaimana Natalia yang dilarang tertawa karena jahitan luka akibat melanoma (salah satu kanker kulit) dibuka oleh perawat (dan rupanya sang perawat agak repot bekerja mencopot jahitan karena Natalia tak bisa berhenti tertawa yang berarti tubuhnya ikut bergoyang).
Secara mengesankan ia menulis begini: The pain of not laughing is worse than the pain of getting stitches out. Rasa tersiksa untuk tidak tertawa itu lebih menyakitkan ketimbang sakit karena sedang dibuka jahitannya.
Bagiku ini sangat menarik.
Natalia tidak mengesampingkan rasa sakit fisik (akibat dibuka jahitan) tapi ia enggan untuk membuat hal itu sebagai penghalang kebahagiaan. Makanya, ketika ia harus tak tertawa (sebagai simbol kebahagiaan), ia melukiskan rasa sakit (untuk menahan tawa) adalah rasa sakit yang benar-benar menyakitkan.
Saat dirundung masalah, terutama yang terkait dengan tubuh, kita cenderung menganggap bahwa hal itu adalah akhir dunia. Padahal seperti yang diutarakan Yesus hari ini melalui Kabar Baik-nya, Ia berkata,
Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa.
Natalia mencoba tidak takut menghadapi kanker yang berisiko membunuh tubuh karena ia tahu bahwa kanker tak’kan bisa membunuh jiwanya dan tak bisa menjadi penghalangnya untuk berbahagia.
Pada orang-orang tangguh seperti Natalia, kita bisa berkaca dan menghitung berkat yang kita terima dari Tuhan. Bukan karena kita lebih beruntung, tapi justru sebaliknya, sudahkah kita berani terhadap semuanya kecuali hal-hal yang justru sejatinya mengancam kematian jiwa, kematian yang kekal dan selamanya?
0 Komentar