Kabar Baik VOL. 187/2016 ? Kita ini sejatinya pekerja atau tuaian?

5 Jul 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 5 Juli 2016

Matius 9:32 – 38
Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan.

Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: “Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.”

Tetapi orang Farisi berkata: “Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.”

Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.

Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.

Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.

Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

Renungan

Kenapa kita harus jadi pekerja ladang karena bukankah kita ini yang seharusnya perlu dituai?

Aku pernah mendapatkan pertanyaan itu dari seorang Ibu yang komunitasnya mengundangku untuk bicara.

Aku sempat bingung dan tak bisa untuk tidak setuju bahwa sejatinya meski kita ini pekerja, kita adalah orang-orang yang tetap perlu dituai.

Kita tak sempurna karena hanya Tuan Pemilik Ladang yang sempurna. Kita adalah mereka yang sakit, mati, lemah dan hidup dalam kubangan dosa.

Lalu kenapa kita harus jadi pekerja? Pertanyaan itu membulat dalam pikirku semalam-malaman?

Lalu aku berpikir tentang almarhum Papaku.

Ia dulu bekerja di bank dan di awal-awal karirnya dulu, perusahaan menugasinya sebagai penghubung para penghutang untuk menagih kapan mereka membayar cicilan.

Setiap ia berhasil menagih hutang, senangnya bukan kepalang. Saat ada penghutang yang mencoba menghindar tak membayar, ia pusing tujuh keliling karena harus mempertanggungjawabkan hal itu ke atasannya.

Padahal di luar pekerjaannya, Papa juga punya hutang.
Kredit beli kulkas untuk Mama, kredit cicilan motor untuk bekerja dan masih banyak lagi. Ia juga dikejar-kejar hutang! Kalau tak membayar, seorang yang seperti dia akan menagih hutangnya, datang ke rumah menanti setoran cicilan.

Pernah suatu waktu Papa bercerita bahwa ketika ia menagih hutang seseorang, orang itu mengelak dari kewajiban dengan menjawab, ?Pak Didiek kan juga punya utang? Gimana kalau Pak Didiek sedang tak punya uang lalu ditagih seperti saya sekarang ini yang Bapak tagih??

Waktu kutanya jawabnya, Papa bilang, ?Saya punya hutang dan karena saya penagih hutang hal itu membuat saya berpikir keras untuk tak telat bayar hutang supaya kalau ditanya begini saya bisa jawab dengan enteng bahwa saya taat membayar hutang!?

Bayangan tentang almarhum Papa itu mencerahkan.
Kira-kira demikianlah persoalan ini, kita tak sempurna, kita perlu dituai tapi kita menyediakan diri untuk jadi pekerja. Dua hal itu berbeda satu dari yang lainnya tapi saling terkait jua terutama ketika kita berpikir, ?Kalau kita sudah dipercaya jadi pekerja, harusnya bobot yang harus dituai dari diri kita semakin sedikit karena kita tahu repotnya jadi pekerja yang menuai!?

Wah, berat! Nggak usahlah jadi pekerja dan mari kita menjawab dengan klasik, ?Yang lain saja, jangan saya!?

Come on! Camkan pikiranku ini. Mau jadi atau tak jadi pekerja ladang, kamu toh tetap perlu dituai, kan? Jadi ayo, sudah kepalang basah, berhujan-hujanlah sekalian.

Karena seperti yang Yesus bilang kemarin, yang paling penting, nama kita terdaftar di Kerajaan Surga. Sewaktu-waktu Tuan Pemilik Ladang memanggil pulang, kita tahu kemana akan pergi dan bertujuan?

Jangan lelah bekerja di ladang Tuhan!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.