Kabar Baik hari ini, 4 Juli 2016
Matius 9:18 – 26
Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: “Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup.”
Lalu Yesuspun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya.
Karena katanya dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”
Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.
Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, berkatalah Ia: “Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.” Tetapi mereka menertawakan Dia.
Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu.
Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.
Renungan
Pada waktu peringatan 1000 hari wafatnya Papa, 28 Desember 2013 silam, Mama sudah sakit keras.
Setelah perayaaan ekaristi, sebelum berpamitan, Pastor datang mendekat ke Mama yang duduk di kursi roda.
Mama memegang tangan Pastor dan berujar, “Romo, doakan saya semoga bisa sembuh!”
Sang Pastor yang kulupa namanya menjawab teduh, “Tuhan pasti menyembuhkan Ibu! Pasti!”
Nyatanya, Mama memang sembuh dari sakitnya. 7 Maret 2016 silam Mama sembuh abadi meski untuk itu kami harus merelakannya pergi dan tak lagi bisa ditemui di dunia ini.
Membaca kata ‘sembuh’ dan ‘hidup’ dalam Kabar Baik hari ini harus menggunakan paradigma iman bukannya medis. Kenapa? Karena Yesus sendiri pun menguatkan bahwa iman kepadaNya lah yang mampu menyembuhkan si sakit dan menghidupkan yang mati.
Kalau lantas kita nanti sakit dan tak bisa sembuh, mati dan tak hidup lagi, apakah kita rela dibilang selama hidup tak beriman kepadaNya?
Kalau lantas dibilang ‘kurang beriman’, apa takarannya untuk dianggap cukup beriman sehingga kita boleh mendapat berkat dihidupkan dan disembuhkan?
Misteri? Betul! Misteri yang agung.
Oleh karenanya alangkah menyedihkan bila kita mendengar atau melihat bagaimana sekelompok orang lantas mencoba memanipulasi Kabar Baik hari ini untuk sarana menghakimi sesamanya.
“Bapak mau sembuh? Bertobat, Pak! Bertobat! Terima Yesus sebagai juru selamat!” kata seorang menggebu-gebu penuh api pada seorang yang kuyu dan layu karena sakit yang diderita.
Atau ada lagi yang modelnya ‘beginian’, “Saya bisa bikin ibu sembuh sekarang juga dengan satu syarat, setelah sembuh Ibu harus masuk ke gereja saya ya…”
Parah, kan?
Aku ingin menutup renungan Kabar Baik ini dengan apa yang sempat menghebohkan dan terjadi di Semarang sekitar seminggu sesudah Mama dipanggil Tuhan, Maret 2016 silam.
Adalah seorang baik, amat baik, seorang pendeta yang meninggal pada 13 Maret 2016. Ia gembala gereja yang cukup tenar di Semarang. Jemaatnya ribuan.
Mungkin saking sayangnya, ribuan jemaat itu seolah tak terima bahwa sang pendeta telah berpulang, mereka berdoa, bernyanyi sehari-harian mengelilingi peti jenasah di sebuah hall besar supaya Tuhan membangkitkan Sang Pendeta dari kematian.
Ada yang percaya sang pendeta hanya mengalami koma ada pula yang percaya bahwa Tuhan akan membangunkan raganya yang mati.
Hari berganti hari, pendeta tak bangun jua, akhirnya mereka menyerah dan menguburkan sang pendeta.
Siapa yang berani berkata mereka kurang iman, siapa yang berani menjamin bahwa si pendeta itu bukan orang baik yang tak beriman??Kalau lantas mereka beriman dan imannya tampak meluap-luap, kenapa Tuhan tak jua membangkitkan?
0 Komentar