Kabar Baik VOL. 181/2016 ? Bayi Tabung

29 Jun 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 29 Juni 2016

Matius 16:13 – 19
Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?”

Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.”

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”

Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”

Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.

Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.

Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Renungan

Aku jadi teringat cerita lama yang pernah diungkapkan oleh pamanku. Kalau tak salah kejadiannya sudah sepuluh tahunan silam.

Pamanku punya teman yang setelah berjuang lebih dari sepuluh tahun, tak juga kunjung diberi keturunan.

Berbagai macam cara dilakukan, banyak tempat terapi sudah didatangi dan banyak resep-resep kuno dari yang masuk akal hingga yang sangat tidak masuk akal pun diperhatikan untuk dijadikan bahan pertimbangannya.

Hingga akhirnya tinggal satu cara yang belum mereka coba: bayi tabung.

?Tapi kawanku akhirnya memilih untuk tak punya anak kalau memang tak diberi, Don? kata Pamanku dulu.

?Kok bisa? Apa alasannya nggak memilih cara bayi tabung??

?Dia bilang kalau dia masih belum bisa menerima itu sebagai cara yang direstui Gereja Katolik.?

Aku manggut-manggut dan pagi ini, bayangan itu terbentang lagi.

Apa salahnya bayi tabung?
Bukankah hal itu mendukung kehidupan seperti yang selama ini didengung-dengungkan Gereja? Lagipula bagaimana kalau si anak hasil bayi tabung kemudian menjadi Katolik yang taat, bukankah Gereja harusnya senang?

Mari simak apa kata St John Paul II (Santo Yohanes Paulus II) dalam ensiklik Evangelium Vitae 14/ The Gospel of Life yang mengatakan demikian:

?Bermacam teknik reproduksi buatan [seperti bayi tabung] yang kelihatannya seolah mendukung kehidupan, dan yang sering dilakukan untuk maksud demikian, sesungguhnya membuka pintu ancaman terhadap kehidupan. Terpisah dari kenyataan bahwa hal tersebut tidak dapat diterima secara moral, karena hal itu memisahkan pro-creation dari konteks hubungan suani istri, teknik-teknik yang demikian mempunyai tingkat kegagalan yang cukup tinggi: tidak hanya dalam hal pembuahan (fertilisasi) tetapi juga dari segi perkembangan embryo, yang mempunyai tingkat resiko kematian yang tinggi, umumnya di dalam jangka waktu yang pendek. Lagipula, jumlah embryo yang dihasilkan sering lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk implantasi ke dalam rahim wanita itu, dan ?spare-embryo? [embryo cadangan] ini lalu dihancurkan atau digunakan untuk penelitian yang dengan dalih ilmu pengetahuan atau kemajuan ilmu kedokteran, pada dasarnya merendahkan kehidupan manusia pada tingkat ?materi biologis? semata yang dapat dibuang begitu saja.?

Lalu kenapa aku membawa hal itu pagi-pagi ini dalam serial Kabar Baik hari ini?

Aku membayangkan situasi ketika Yesus bertanya tentang siapakah Anak Manusia itu kepada murid-muridNya yang tergambar di dalam Kabar Baik hari ini adalah sama ketika banyak orang mempertanyakan kenapa Gereja Katolik tidak/belum merestui bayi tabung?

Jawaban datang beraneka ragam mulai dari yang mendekati benar sampai agak jauh dari kebenaran hingga akhirnya Petrus memberikan jawaban yang paling tepat yang berasal dari Bapa sendiri.

Hari-hari ini ketika hidup seolah mengombang-ambingkan kita dengan segala nilai dan aturan serta takaran moral, ada baiknya kita mengingat Kabar Baik ini dan bersyukur bahwa kita masih bersandar di Gereja yang diwariskan Yesus langsung melalui Petrus, Si Penjawab Benar, Gereja Katolik.

Dan mari kita semakin bersandar sambil terus mengharapkan belas kasih Allah dalam hidup kita hingga pada kesudahannya nanti.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.