Kabar Baik VOL. 177/2016 ? Berkatalah saja maka hambaku akan sembuh

26 Jun 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 25 Juni 2016

Matius 8:5 – 17
Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya:

“Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.”

Yesus berkata kepadanya: “Aku akan datang menyembuhkannya.”Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.”

Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.

Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”

Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: “Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.” Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.

Setibanya di rumah Petrus, Yesuspun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam.

Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Iapun bangunlah dan melayani Dia.

Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit.

Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.”

Renungan

Yesus sampai terheran-heran mendengar penjelasan si perwira yang memohon kesembuhan hambanya.

Ia semula ingin datang ke rumah, tapi dilarang perwira itu dengan alasan yang lantas kita ucapkan sebagai rumusan doa sesaat sebelum komuni dibagikan dalam perayaan ekaristi.

“Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.”

Apa yang membuat Yesus heran?

Jalan pikiran perwira itu.
Meski sangat praktikal karena ia membandingkan bagaimana ia memberi perintah pada bawahannya, tapi justru dari situ ia memasukkan perkara iman; bahwa jika ia yang bukan Tuhan saja cukup berkata satu kata perintah maka bawahannya akan nurut, bagaimana jika Tuhan? Cukup berkata satu kata maka hidup kita akan sembuh dibuatNya.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kisah ini masih relevan untuk dibawa dan dipahami dalam perspektif masa kini?

Di masa ini, bagaimana cara kita mendengar Tuhan berkata-kata? Ia menggunakan bahasa apa? Suaranya cempreng, melengking atau ngebass dan serak-serak basah?

Ada yang merasa bisa mendengarkan Ia berkata-kata lewat kegiatan yang dalam bahasa jawa disebut sebagai rungon-rungonen (seperti mendengar sesuatu tapi tak jelas asal-usulnya).

?Aku lagi setrika di kamar tiba-tiba seperti mendengar Yesus bicara…?

Mungkinkah itu memang suara Yesus? Ya mungkin saja, kenapa tidak? KuasaNya lebih tinggi dari setiap angan-angan kita kok, jadi ya? mungkin saja.

Sebagian lagi merasakan suaraNya lewat suara rakyat, suara orang lemah yang terpinggirkan.

Mungkinkah suara itu memang suara Yesus? Ya lagi-lagi kenapa tidak? Ia bisa berbuat apa saja semauNya.

Ada juga yang mendengar suaraNya melalui perantaraan orang. Seperti kerasukan.
Mungkinkah suara itu memang suara Yesus? Hmmm, who am I to judge? ;) Siapalah aku ini sehingga mampu menghakimi? :)

Tuhan tidak pernah berhenti bersuara dan berkata-kata dan ada ribuan cara untuk itu baik yang sudah terdefinisi maupun yang tak masuk ke dalam nalar dan logika kita.

Bagiku, itu semua tak penting. Jauh lebih penting merujuk pada apa yang dikatakan perwira tadi bahwa sekalinya Yesus berkata maka hambanya akan sembuh. Bahwa sekalinya Ia bersabda, maka hidup masa lalunya yang penuh dosa akan sembuh.

Jadi, mari kita jadikan hal ini sebagai kaca apakah kita sudah benar-benar mendengar Ia berkata-kata atau belum. Kalau sudah harusnya hidup kita berubah, hidup kita sembuh. Kalau tidak berubah,jangan-jangan suara yang didengar itu memang benar rungon-rungonen belaka.

Mungkinkah?
Ya aku harus bilang ?Mungkin saja??

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.