Kabar Baik VOL. 172/2016 ? Menghakimi atau menilai? Salah semua?

20 Jun 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 20 Juni 2016

Matius 7:1 – 5
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.

Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?

Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.

Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

Renungan

Penghakiman itu menyangkut persona, pelaku dan itu memang tidak dibenarkan. Tapi ketika kita menghakimi tindakan tanpa mengaitkan pelaku, hal itu sejatinya tetap kita perlukan karena hidup adalah belajar memutuskan banyak hal termasuk menilai tindakan-tindakan yang ada di sekitar kita.

Pernah di Indonesia dulu, aku tinggal di sebuah rumah (kontrakan) yang bersebelahan dengan sebuah rumah lainnya. Rumah itu ditempati seorang wanita muda, sekitar 27an lah usianya.

Parasnya cantik, bodinya aduhai. Siang tidur, malam pergi entah kemana, pulangnya pagi.?Anaknya satu, seusiaku, enam tahun. Aku tak tahu ayahnya dan barangkali ia juga tak tahu siapa. Profesi ibunya kawanku tadi, kata orang-orang, terutama ibu-ibu sekitar, “Dia nglonte!” Waktu itu belum ada istilah santun Pekerja Seks Komersial seperti sekarang.

Lalu dia semakin dipinggirkan.

Nggak boleh ikut arisan kampung. “Kalau mau ikut harus stop nglonte dulu, Bu!”

Saat lomba tujuhbelasan nggak boleh datang. Kata mereka, takut anak-anak nanti ikut-ikutan jadi nggak bener (Padahal mungkin yang benar mereka takut para suami yang jadi tak bisa tidur malam harinya sibuk membayangkan…)

Para tetangga menghakiminya karena profesinya. Apakah profesinya salah? Jelas salah! Tak seharusnya ia menjual tubuhnya.

“Eh tunggu, Don! Kamu jangan menyalahkan! Itu menghakimi! Lagipula ia pasti punya alasan untuk nglonte. Emangnya kamu mau bayarin hidupnya kok berani ngelarang dia nglonte?”

Nah! Pernah dengar petuah klasik yang kadang justru dianggap benar oleh khalayak seperti barusan di atas?

Pada akhirnya penghakiman sering tercampur aduk dengan penilaian pribadi tentang tindakan seseorang di luar sana padahal keduanya beda sama sekali!

Justru orang-orang yang berlaku demikian menurutku telah menghakimi kita yang mencoba menilai tindakan tanpa melibatkan orang yang melakukannya.

Alhasil? Kita bisa jadi semakin tumpul untuk memisahkan mana yang baik dan mana yang buruk. Kenapa? Alasannya ya itu tadi: penghakiman dan emang kamu mau bayarin hidupnya?

Jadi bagaimana baiknya?

Pertama, jangan menghakimi orangnya!

Kedua, nilailah tindakannya tanpa menghakimi orangnya!

Gagal melakukan perintah kedua, ulangi perintah pertama, jangan menghakimi!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.