Kabar Baik hari ini, 17 Juni 2016
Matius 6:19 – 23
“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Renungan
Aku agak tersengat membaca Kabar Baik hari ini.
Jadi bagaimana dengan kegiatan menabungku selama ini? Bukan soal dimakan ngengat atau karat karena tabungan disimpan dalam angka yang dikeluarkan bank? Tapi soal kata ?Jangan? yang dipakai Tuhan, bukankah itu berarti larangan?
Kalau aku menabung untuk keperluan mencari istri kedua, aku rela untuk tidak diperbolehkan, di-jangan-kan hahaha?
Tapi menabung untuk anak-anak dan masa depan tanpa melalaikan hal-hal yang harus dipenuhi dalam kehidupaan saat ini tentu tak mengapa.
Aku menerjemahkan dalam artian yang agak berbeda.
Bagiku, kegiatan mengumpulkan harta di bumi yang di-label-i ?jangan? adalah kegiatan yang bertujuan hanya untuk memperkaya diri sendiri dari sisi materi.
Adalah temanku, sebut saja Badu namanya.
Dia seorang web developer terkenal. Suatu waktu almamater sekolahnya meminta tolong untuk dibuatkan situs web.
Badu bisa saja meminta upah uang dari pertolongan yang diberikannya itu, atau setidaknya harga diskon lah.
Tapi tidak. Ia memilih untuk tidak meminta dan menerima imbalan dan tetap mengerjakan pembangunan situs web itu sebaik mungkin seolah ia sedang bekerja untuk klien yang memberinya upah milyaran rupiah banyaknya.
Bagiku, Badu adalah contoh dari mereka yang sibuk mencari harta surgawi. Ia mau menyisihkan ?syahwat materi? duniawinya.
Tapi yang menjadi menarik lantas adalah bagaimana kalau seseorang memilih lebih sibuk mengisi pundi-pundi harta surgawi tapi lupa menjalankan kewajiban-kewajibannya sehari-hari dengan alasan bahwa kewajiban itu adalah kewajiban duniawi?
Mari ambil contoh kawannya Badu, Badi namanya.
Badi amat getol pelayanan. Diminta datang ke kota ini, dia berangkat mewartakan Kabar Baik. Diundang ke pulau itu, tak ragu terbang ke sana, lagi-lagi untuk menyiarkan Kabar Sukacita!
Tapi Badi punya keluarga dan ia pada akhirnya lebih banyak meninggalkan keluarga untuk pelayanan dan di titik akhir, justru ia yang ditinggalkan begitu saja oleh mereka.
Kenapa? Karena ia terlalu sibuk mengisi pundi-pundi harta surgawi tapi melupakan harta surgawi pemberian Tuhan yang harus dirawat dan dicukupi: keluarga.
Kalian milih yang mana?
0 Komentar